Rabu, 30 Maret 2022 - 20:56 WIB
Patmawati, SKM.,M.Kes
Oleh :
Patmawati, SKM.,M.Kes
Mahasiswa Program Doktoral, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Masalah sampah di Indonesia menjadi ancman krisis bagi keberlangsungan economy bangsa, masyarakat dan lingkungan kita. Produksi sampah yang sangat besar menuntut lebih banyak ruang yang didekasikan untuk tempat pembuangan sampah yang bersaing dengan kebutuhan masyarakat. (Fatimah, Govindan, Murniningsih, & Setiawan, 2020).
Berdasarkan data capaian kinerja pengeolaan sampah untuk jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga untuk tahun 2021 di 213 kabupaten/kota yaitu timbulan sampah sebesar 24,517,317.95 ton/tahun, pengurangan sampah 24.52% ton/tahun, penangan sampah 48.22%, sampah yang dikelola 62.74% dan sampah yang tidak terkelola 37.26% ton tahun. (Kementrian Lingkunga Hidup dan Kehutanan, 2021) dan sampah plastik dilaporkan sebagai salah satu polutan utama diantara polutan yang dibuang ke lingkungan. Sehingga diperlukan intervensi untuk menyatukan para pemangku kepentingan untuk mengatasi tentangan sampah ini.
Perilaku memilah sampah di Negara kita memang masih sangat kurang atau masih rendah, karena aasan inilah beberapa model dalam pengelolaan sampah yang efektif dan efesien oleh beberapa peneiti dilakukan, diantranya adalah rancangan economy sirkular sebagai agenda tujuan pembangunan berkelanjutan dimana salah satu keunggulannya yaitu memutuskan ikatan kerentanan lingkungan dan kemisikinan economy serta bagi peraturan lingkungan yang kurang baik di beberapa negara yang mengaami industrialisasi menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan dan mampu mengurangi pembuangan sampah.
Pada prinsipipnya model penerapan economy sirkular menyamapiakn bahwa produk yang diduga telah mencapai akhir masa pakainya dalam sistem tertentu dapat diguakan sebagai bahan baku di sistem lain atau sistem yang sama, misalnya prinsip meggunakan sumber daya yang bisa mempunyai kualitas hidup yang tidak terbatas.
Penyebab lain terjadi krisis sampah dapat berupa kurangnya pemahaman untuk melakukan pemilhana terlabih dahulu dari subernya, hal ini dipengaruhi pula dengan kurangnya kebijakan, kegagalan perencanaan dan tidak kurang maksimalnya percepatan pelatihan yang memadai kepada masyarakat sehingga menyebabkan pehaman dan kesadaran akan bahaya yang di timbulkan dari setiap jenis sampah dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Strategi lain yang bisa dilakukan untuk memecahkan masalah sampah adalah peningkatan perilaku pengurangan, penggunaan kembali dan daur ulang sehingga di Indonesia pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang program daur ulang melalui bank sampah, pengelolaan sampah menggunakan konsep bank sampah dapat membantu pengingaktan kesejahteraan skala rumah tangga, hasil studi menunjukkan bahwa pendekatan primer bank sampah dan sektor daur ulang berdampak signifikan terhadap individu dan nasabah bank sampah yang sebagian besar adalah masyarakat berpenghasilan rendah.
Hal inilah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah konsep dan model yang akan dilakukan dalam bentuk penelitian Disertasi untuk bisa di adopsi dan lakukan analisis berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan bahkan sudah diterapkan di beberapa Negara dalam membantu mencari hal yang terbarukan agar bisa diterapkan dan bisa dilakukan di Indonesia sesuai dengan karaktersitik masyarakat.
Melalui model pendekekatan ekonomi sirkular dalam sistem pengelolaan sampah plastik untuk pengendalian kesehatan diharapkan menjadi solusi yang dapar dilihat dalam mengurangi dampak dari masalah sampah.
Sehingga pengelolaan sampah tidak hanya dilakukan oleh Petugas pemerintah eken tetapi perlu mendapatkan dukungan penuh melalui kemauan dan kesadaran dari masyarakat. Untuk mewujudkannya membutuhkan kerja sama yang baik dari setiap orang, semoga pengurangan sampah dari sumbernya semakin maju dan berkembang untuk mewujudkan Kabupaten Polewali Mandar Bebas Sampah.
Data diri penulis:
Laporan | : | Patmawati |
Editor | : | Ruslan Amrullah |