Kamis, 29 September 2022 - 21:54 WIB
Hadis Najafi, wanita muda yang tewas ditembak di Iran karena melakukan demo tanpa mengenakan jilbab.(Instagram)
Artikel.news, Teheran - Seorang wanita muda berusia 20 tahun di Iran tewas diberondong peluru oleh polisi setempat setelah dia melakukan demo tanpa mengenakan jilbab.
Wanita bernama Hadis Najafi yang beraksi dengan rambut pirang terurai, dilaporkan telah dibunuh oleh pasukan keamanan Iran selama demonstrasi di kota Karaj, dekat Teheran.
Menurut laporan Newsweek, Senin (26/9/2022), Najafi tewas setelah diberondong enam peluru.
Wanita ini tewas akibat berdemo tanpa mengenakan jilbab memprotes kematian Mahsa Amini.
Kematiannya yang brutal memicu gelombang demonstrasi di seluruh Iran dan memicu tanggapan keras dari Presiden Iran Ebrahim Raisi yang memerintahkan polisi untuk "menangani dengan tegas" para pengunjuk rasa.
Sebuah video yang beredar di media sosial, menunjukkan Hadis mengikat rambutnya saat dia bersiap untuk bergabung dengan pengunjuk rasa di jalan.
Kabar kematian Hadis yang dibagikan oleh jurnalis terkemuka Iran bernama Masih Alinejad. Ia merekam dan mengikuti pemakaman gadis tersebut di Karaj, Iran utara.
"Gadis berusia 20 tahun yang bersiap-siap untuk bergabung dengan protes terhadap pembunuhan #MahsaAmini ini terbunuh oleh 6 peluru," tulis Alinejad di Twitter, yang dilansir dari Tribunnews.com, Kamis (29/9/2022).
"Hadis Najafi berusia 20 tahun, ditembak di dada, wajah dan leher oleh pasukan keamanan Republik Islam," tuturnya.
Kemudian di video yang dibagikan oleh Alinejad menunjukkan keluarga gadis itu menangisi foto Hadis, di kuburan yang baru digali.
Setidaknya terdapat 100 pengunjuk rasa telah tewas dan ribuan terluka selama protes tersebut.
Organisasi Mujahidin Rakyat Iran mengatakan bahwa 1.800 orang telah ditangkap di Teheran ketika protes dilakukan di 31 provinsi di Iran.
Kematian Mahsa memicu gelombang protes terhadap undang-undang ketat dan kejam yang dibuat di negara Iran.
Selama seminggu terakhir pekan lalu, protes telah melanda negara itu, di mana demonstran menghadapi tanggapan kekerasan oleh polisi dan pihak berwenang.
Para wanita telah menjadi pusat demonstrasi di Iran, tampak beberapa wanita, telah merobek jilbab mereka dan melemparkan pakaian yang diwajibkan secara hukum ke api unggun.
Menurut Amnesty International, setidaknya 21 orang termasuk tiga anak-anak telah dibunuh oleh pasukan keamanan pada malam 21 September 2022.
Iran diklaim telah mengerahkan unit elit polisi komando wanita dalam upaya untuk menghentikan protes dengan banyak demonstran meneriakkan "matilah diktator".
Dalam sebuah pernyataan kepada The Sun, Shahin Gobadi, juru bicara Organisasi Mujahidin Iran, yang berbasis di Paris mengatakan, "Orang-orang dari semua lapisan masyarakat telah bangkit untuk kebebasan di seluruh Iran, di ibukota, dan dari Barat ke Timur, dan Utara ke Selatan.
"Para perempuan muda memimpin dengan semangat juang tinggi mereka yang sejalan dengan pemuda dan laki-laki yang mencintai kebebasan mengusir tentara bayaran Iran," tambahnya.
Mengomentari protes yang sedang berlangsung dengan adanya korban tewas yang besar, Gobadi mengatakan, "sangat jelas bahwa penindasan ini brutal, rezim telah gagal menghentikan protes."
Juru bicara Organisasi Mujahidin juga menyoroti bahwa rezim Iran telah menutup Internet dan memblokir media sosial dalam upaya untuk mencegah penyebaran protes Iran melalui saluran berita.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |