Ahad, 30 Mei 2021 - 19:38 WIB
Ternyata nama Makassar sudah mendunia sejak dulu. Hal ini dibuktikan dengan adanya minyak rambut populer di Inggris pada abad ke-18.
Artikel.news, Makassar - Ternyata nama Makassar sudah mendunia sejak dulu. Hal ini dibuktikan dengan adanya minyak rambut populer di Inggris pada abad ke-18.
Dilansir dar Idntimes.com, Minggu (30/5/2021), begini ceritanya; Sama seperti sekarang, tampil rapi adalah sebuah keharusan bagi pria-pria di London, Inggris. Namun, perbedaan terbesar ada pada penampilan. Dulu mereka mengandalkan setelan jas dan celana kain, kemeja putih, sepatu pantofel, dasi, arloji saku serta rambut yang disisir serapi mungkin.
Dari outfit semua bisa ditaktisi. Tapi tidak dengan rambut. Menyisirnya saja tak mempan. Perlu ada produk yang menjamin bahwa rambut pria-pria Eropa itu bisa diatur tetap rapi untuk waktu yang lama. Plus, harus tahan dari tiupan angin.
Sebenarnya, pada tahun 1300-an, sudah ada produk minyak rambut. Tapi bahan bakunya tidak lazim. Sejarawan Victoria Sherrow dalam buku Encyclopedia of Hair: A Cultural Story (Greenwood Press, 2006) menyebut bahwa resep populer saat itu adalah lemak dari kadal yang dimasak hingga mendidih dalam minyak zaitun. Nope!
Lalu datanglah Alexander Rowland (1747-1823) membawa inovasi. Inspirasi muncul tatkala banyak pelanggan sering mengeluh susahnya menjaga rambut rapi. Lama-kelamaan, ia memberanikan diri bereksperimen mencari minyak rambut yang cocok. Tentu saja tanpa kadal.
Dengan pamor sebagai tukang cukur tersohor seantero London, Rowland memulai proses mengumpulkan bahan-bahan yang berharga mahal. Di sini lah Makassar mulai masuk dalam kisah.
Mendiang Edward Polinggomang dalam buku Makassar Abad XIX (KPG, 2016) menulis, pelabuhan milik Kerajaan Gowa tersohor sebagai salah satu titik perdagangan sejak awal abad ke-18. Komoditas Sulawesi dikirim ke seluruh penjuru dunia dari Makassar, termasuk ke Eropa. Mulai kopi, kopra, kayu cendana, beras dan rempah-rempah.
Pagi hingga sore, Rowland menyapa para pelanggan yang rambutnya ingin dicukur atau sekadar ditata. Pada malam hari, ia berburu bahan untuk minyak rambutnya. Eksperimen kemudian ia lakukan di loteng rumah, dalam terang cahaya lilin, selama berbulan-bulan.
Racikan Rowland sendiri menggunakan bahan baku campuran minyak kelapa, daun kesambi/kosambi, bunga kenanga dan tanaman harum lainnya. Tahun 1783, Rowland memasarkan minyak rambut buatannya dengan nama Macassar Oil.
Nama "Macassar" di sini agaknya dipakai untuk tujuan marketing. Produk ini disebut menggunakan bahan-bahan yang dibeli langsung dari Pelabuhan Makassar. Bahan-bahannya bisa jadi memang dari Pelabuhan Makassar. Tapi Rowland memperolehnya dari seantero pasar London.
"Kisah eksotis" Macassar Oil ternyata berhasil mendongkrak citra. Selain itu, minyak rambut racikan Rowland ternyata laku keras karena terbukti efektif. Tak cuma laki-laki, Macassar Oil juga jadi andalan perempuan saat menata rambut. Aromanya pun harum, menjadi nilai plus. Akan beda ceritanya jika ada rebusan kadal terlibat.
Masalah lalu mencuat. Olesan berlebihan ternyata membuat minyaknya lengket di sandaran kursi saat diduduki si pengguna Macassar Oil. Tentu ini memberi dampak pada permukaan sandaran, noda minyak jelas ganggu banget kan?
Dalam buku The Penguin Dictionary of Decorative Arts (Allen Lane, 1976), dijelaskan bahwa solusinya muncul sekitar tahun 1850. Ibu rumah tangga menggunakan kain berukuran kecil yang diletakkan di lengan dan sandaran kursi.
Kain yang kemudian dinamakan Antimacassar ini bermotif sulam sederhana, dan terbuat dari benang wol, atau sutra untuk kalangan aristokrat/bangsawan. Antimacassar ini bisa dicuci atau diganti dalam sekejap mata.
Pada awalnya, Antimacassar digunakan sebagai bagian dari dekorasi ruangan rumah. Penggunaannya secara luas dimulai pada 1865, saat kain-kain tersebut mulai dipasang pada kursi-kursi teater di Eropa. Lalu kemudian menyusul pada kursi untuk transportasi umum seperti kereta api dan kapal laut.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |