Sabtu, 06 September 2025 - 12:11 WIB
Peluncuran komik dwibahasa tentang Geopark Maros Pangkep di Makassar, menggabungkan penelitian ilmiah dengan cerita rakyat Sulawesi.
Artikel.News, Makassar - Upaya mengenalkan Geopark Maros Pangkep kini hadir dengan pendekatan yang lebih kreatif dan dekat dengan masyarakat. Sebuah buku komik dwibahasa (Indonesia–Inggris) resmi diluncurkan di Cafe Agung, Jalan Ratulangi, Kota Makassar, Jumat (5/9/2025). Komik ini memadukan kisah penelitian ilmiah dengan cerita rakyat dari kawasan geopark yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan dunia.
Peluncuran ini dihadiri langsung oleh General Manager Badan Pengelola Geopark Maros Pangkep, Dedy Irfan, bersama dua penulis asal Australia, Dr. Alena K. Kimbrough dan ilustrator Daniel A. Becker. Dua judul yang diangkat dalam komik tersebut adalah Cerita Rakyat Sulawesi serta Penemuan Ilmiah Sulawesi Selatan.
“Proyek ini didukung pendanaannya oleh hibah dari Indonesia-Australia Institute dan kolaborasi para pemangku kepentingan di BP Geopark Maros Pangkep,” ujar Dedy.
Komik diterbitkan dalam dua versi. Pertama, edisi ilmiah yang menyajikan informasi tentang flora-fauna endemik, keanekaragaman geologi, hingga ekosistem unik di Maros Pangkep.
Kedua, edisi cerita rakyat yang mengangkat legenda Toakala dan Bissudaeng dari Maros serta kisah Raja Lipan dari Pulau Marasende, Pangkep.
Masyarakat dapat mengakses komik ini secara gratis melalui laman resmi www.geoparkmarospangkep.id dalam bentuk e-book atau barcode digital.
Sementara itu, versi cetak juga tersedia di kantor BP Geopark Maros Pangkep di Gedung Mulo, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel.
Hingga saat ini, sekitar 500 eksemplar telah dibagikan di Kabupaten Maros dan Pangkep, dengan target distribusi mencapai 1.000 eksemplar.
Salah satu penulis, Dr. Alena K. Kimbrough, seorang ilmuwan paleoklimatologi dari Wollongong University, Australia, mengakui tantangan besar dalam mengubah artikel penelitian panjang menjadi format komik yang sederhana.
“Saya harus merangkum berbagai bidang, mulai arkeologi, ekologi, hingga fauna endemik, agar tetap mudah dipahami,” jelasnya.
Menurutnya, kolaborasi dengan Becker sebagai ilustrator menjadi kunci keseimbangan karya.
“Saya cenderung detail, sedangkan Daniel lebih selektif dalam menentukan visualisasi. Perbedaan sudut pandang ini justru memperkaya hasil akhir,” tambah Alena.
Ia juga menekankan pentingnya media populer seperti komik dalam menjembatani penelitian ilmiah dengan masyarakat luas.
“Jika jurnal hanya dibaca kalangan terbatas, komik bisa membuat pesan edukasi lebih ramah dan menyenangkan bagi pembaca umum,” ujarnya.
Becker menambahkan bahwa proyek ini sangat berbeda dengan karya fiksi ilmiah maupun komik superhero yang biasa ia garap.
“Tantangan terbesar adalah menjaga keaslian cerita rakyat sekaligus memastikan konten ilmiah tetap akurat. Kerja sama lintas negara ini membuat proyek Geopark Maros Pangkep terasa sangat istimewa,” tuturnya.
Dengan hadirnya komik dwibahasa ini, diharapkan semakin banyak masyarakat, khususnya generasi muda, yang mengenal potensi besar Geopark Maros Pangkep.
Tak hanya sebagai destinasi wisata alam dan budaya, tetapi juga sebagai pusat edukasi yang menghubungkan sains dan kearifan lokal.***
Laporan | : | Aan |
Editor | : | Ruslan Amrullah |