Jumat, 06 Januari 2023 - 22:56 WIB
Ilustrasi wanita sedang haid.(Foto: Halodoc.com)
Artikel.news, Makassar - Menopause adalah kondisi ketika masa menstruasi seorang wanita berakhir. Biasanya, menopause terjadi pada wanita paruh baya yang usianya mendekati 50 tahun.
Tapi hal berbeda terjada para Emma Delaney. Ia mengalami menopause di usianya yang baru menginjak 25 tahun pada 2-13 lalu.
Wanita asal Inggris ini mengetahui hal tersebut saat dirinya sedang berkonsultasi mengenai haidnya yang tidak kunjung datang.
Dilansir dari Haibunda.com, Jumat (6/1/2023), yang mengutip BBC, Emma sangat terkejut dan pikirannya kalut begitu mendengar diagnosis tersebut. Ia berpikir bahwa dirinya tidak akan bisa hamil dan melahirkan seumur hidupnya.
"Saya tidak tahu bagaimana harus bereaksi, dia (dokter) mengatakan kepada saya seolah-olah saya kehilangan kunci sehingga saya tidak dapat memiliki anak," katanya.
Emma adalah bagian dari kelompok wanita yang terkena kondisi yang disebut Insufisiensi Ovarium Primer (POI), yang mengacu pada segala bentuk menopause di bawah usia 40 tahun.
Wanita dengan kondisi POI, kerap mengalami gejala menopause hingga memasuki usia 50-an. Hingga saat ini, belum ada penyebab atau pemicu pasti mengenai penyakit ini.
Sekitar satu dari 100 wanita di Inggris dipengaruhi oleh kondisi tersebut dan para ahli percaya hal itu bisa lebih banyak dari itu. Akan tetapi, perbincangan tentang menopause masih dianggap tabu di sana.
"Sama sekali tidak ada percakapan yang cukup tentang menopause pada kelompok usia yang lebih muda," kata dokter NHS sekaligus seleb TikTok dengan spesialisasi perawatan menopause dr Nighat Arif.
"Biasanya, Anda melihat wanita yang lebih tua, berkulit putih, berambut abu-abu, mengibarkan kipas angin. Itu tidak representatif," lanjutnya.
Untuk beberapa orang seperti Emma, tidak jelas mengapa indung telur mereka tidak berfungsi. Namun POI juga dapat disebabkan oleh kondisi autoimun, kelainan kromosom, atau pembedahan pada rahim atau indung telur.
Selain memengaruhi kondisi fisik, menopause dini juga mempengaruhi kondisi psikis. Setelah dokter menyampaikan kabar tersebut kepadanya, dia menangis sendirian di mobilnya selama satu jam.
Emma hampir tidak tahu apa-apa tentang menopause, kecuali apa yang dia dengar dari wanita yang lebih tua di salon rambut Manchester yang sibuk tempat dia bekerja. Kini impiannya merawat dua anaknya sendiri telah sirna.
Selama beberapa bulan berikutnya, Emma memakai tablet terapi sulih hormon (HRT). Dia mengetahui bahwa indung telurnya telah berhenti berfungsi dan tubuhnya tidak menghasilkan cukup estrogen dan progesteron yang merupakan hormon pengatur siklus menstruasi.
Ketidakseimbangan tersebut telah mempengaruhi kesehatannya selama bertahun-tahun.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |