Ahad, 03 Juli 2022 - 18:17 WIB
Anies Baswedan.(foto: Bisnis.com)
Artikel.news, Jakarta - Masa jabatan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta bakal berakhir pada Oktober 2022 mendatang.
Kendati demikian, namanya sudah ramai diberitakan untuk maju dalam Pilpres 2024 mendatang.
Bahkan simpul-simpul relawan Anies Baswedan sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Jika masa jabatan Anies sebagai gubernur telah berakhir, maka para relawan harus bekerja ekstra untuk menjaga popularitas dan elektabilitas Anies.
Pasalnya, pilpres baru akan digelar pada 2024 mendatang. Makanya, popularitas dan elektabilitas Anies harus tetap terkendali selama kurang lebih dua tahun.
Satu di antara relawan Anies yang tergabung dalam Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES) membeberkan cara kerja mereka.
Koordinator Presisium DPP Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES), Laode Basir mengatakan, telah memiliki kesepakatan dengan simpul relawan Anies di berbagai wilayah.
Di mana, para relawan bakal menjadi pembuka jalan bagi Anies untuk blusukan di berbagai wilayah usai masa jabatannya sebagai kepala daerah berakhir.
"Saya istilahkan bahwa apa yang saya lakukan hari ini adalah sedang 'bikin panggung'. Saya dan teman-teman relawan ANIES maupun relawan lain kerja kita mensosialisasikan Pak Anies. Simpul-simpul ini hanya menjadi panggung untuk Mas Anies kedepannya," ucapnya yang dilansir dari TribunJakarta.com, Ahad (3/7/2022).
Kepada warga di berbagai wilayah, para relawan ini membeberkan kerja nyata yang dilakukan Anies selama memimpin Jakarta.
Termasuk di dalamnya pencapaian infrastruktur di era Anies serta pemenuhan janji kampanyenya pada Pilgub beberapa tahun lalu.
"Kami mendorong misalkan relawan-relawan kami diberbagai daerah untuk kerjasama dgn kampus, karena mendorong substansi demokrasi. Silakan Mas Anies diundang di kampus, diundang di forum-forum, diundang di pesantren, diundang diberbagai komunitas untuk dilakukan fit and proper test tentang apa misalkan harapan-harapan Mas Anies yang ingin beliau wujudkan bila menjadi pimpinan RI," papar Laode Basir.
Bekal inilah yang dieluh-eluhkan oleh para relawan di masyarakat, kampus maupun tempat lainnya.
"Marilah kita belajar bagaimana demokrasi kita kedepan lebih bermain pada tataran substansi. Substansial demokrasi bukan aksesoris demokrasi. Apa yang saya maksud? nah itu popularitas seseorang karena kinerja, rekam jejak, kenyataan yang sudah dia buktikan dalam pekerjaan, bukan karena aksesoris demokrasi," lanjutnya.
"Apa itu aksesoris demokrasi? karena polesan, karena pencitraan, karena pembagian sembako, karena kaos, karena spanduk, bukan karena itu ya tetapi karena kinerja yang harus kemudian yang selalu kita sampaikan kepada masyarakat ini yang sudah dilakukan, ini manfaatnya ini dampaknya terhadap masyarakat," ungkapnya.
Laporan | : | Faisal |
Editor | : | Ruslan Amrullah |