Artikel.news, London - Kerajaan Inggris adalah salah satu monarki tua yang masih aktif di dunia. 

Kerajaan Inggris kini dipimpin oleh Ratu Elizabeth II telah berkuasa selama 68 tahun semenjak 1952. Ini menjadikan dirinya sebagai penguasa monarki terlama sepanjang sejarah.

Sosok dan kehidupan para anggota Kerajaan Inggris tak bisa dimungkiri memiliki pesona tersendiri untuk banyak orang.

Selain gaya hidup dan gosip sekitar mereka, jumlah kekayaan anggota keluarga Kerajaan Inggris acap kali memancing perhatian publik.

Dilansir dari Insertlive, Senin (25/10/2021), berdasarkan laporan Forbes 2017, jumlah keseluruhan kekayaan gabungan anggota keluarga Kerajaan Inggris mencapai 88 miliar dolar AS atau Rp 1.266 triliun.

Umumnya, pajak rakyat dan investasi menjadi sumber penghasilan suatu kerajaan, tak terkecuali Kerajaan Inggris.

Namun, bagaimana awal Kerajaan Inggris mendapatkan ledakan kekayaan sehingga mampu terus bertahan hingga sekarang.

Berdasarkan tayangan EXPLAINED di Netflix musim ketiga episode Royalty,mereka menyebutkan bahwa sumber kekayaan awal Kerajaan Inggris adalah perdagangan manusia atau budak.

Saat Raja William III berkuasa pada tahun 1700-an, dia mengambil alih monopoli Perusahaan Kerajaan Afrika.

Kerajaan Inggris menjadi investor utama perdagangan budak dan merupakan industri terbesar di dunia.

Kerajaan Inggris menculik orang-orang Afrika untuk kemudian dijual sebagai budak seantero Eropa dan Amerika.

Jumlah budak yang dijual oleh Kerajaan Inggris nyaris mencapai tiga juta orang.

Bisnis tidak manusiawi tersebut kala itu menjadikan banyak penguasa mendadak kaya.

Sebuah studi besar pernah mengungkapkan jumlah utang Inggris ke Jamaika setidaknya mencapai 3 triliun dolar AS sebagai kompensasi penjajahan. Sebagian besar untuk perdagangan budak, sebesar 9,7 triliun miliar dolar AS kepada Jamaika, 11,9 triliun dolar AS pada Afrika, dan 44,6 triliun dolar AS untuk India.

"Kita harus mengakui ketidakadilan besar telah dilakukan dan warisan ketidakadilan itu masih ada. Kekayaan Inggris didapat melalui perbudakan," ujar Carolyn Cooper, seorang penulis dan profesor di University of West Indies.

Perdagangan budak berakhir tahun 1800-an, tapi hasil keuntungan dari bisnis tersebut telah membuat banyak kerajaan dunia bertahan sampai abad berikutnya.

Laporan	:	Supri
Editor	:	Ruslan Amrullah