Kamis, 14 September 2023 - 19:02 WIB
Artikel.news, Jakarta - Dulunya hanya berprofesi sopir angkot dan juga hanya lulusan SMP, siapa sangka kini Prajogo Pangestu menjelma menjadi seorang konglomerat dengan harta ratusan triliun rupiah.
Prajogo kini berada di peringkat keempat orang terkaya Indonesia dengan kekayaan mencapai Rp131,1 triliun.
Dikutip dari akun Instagram Ternakuang.id, Kamis (14/9/2023), perjalanan bisnisnya dimulai pada tahun 1960-an setelah bertemu dengan pengusaha kayu Malaysia, Burhan Uray, dan bergabung dengan PT Djajanti Group pada 1969.
Pada akhir 1970-an, ia membeli perusahaan kayu yang kesulitan keuangan, lalu perusahaan tersebut go public pada tahun 1993.
Selain bisnis kayu, Prajogo juga merambah ke sektor petrokimia, minyak sawit mentah, dan properti. Hingga pada tahun 2022, ia membeli 33,33% saham Star Energy seharga US$440 juta, menguasai penuh Star Energy yang mengelola proyek panas bumi di Jawa Barat.
Prajogo Pangestu lahir dengan nama Phang Djoen Phen di Bengkayang, Kalimantan Barat, 13 Mei 1944.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Prajogo adalah putra seorang pedagang karet yang hanya bisa mengenyam pendidikan tingkat menengah pertama karena keterbatasan ekonomi keluarganya.
Di Kalbar, Prajogo mendapat pekerjaan sebagai sopir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak. Ia juga membuka usaha kecil-kecilan dengan menjual bumbu dapur dan ikan asin.
Di sela-sela pekerjaan itu, Prajogo bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, bernama Burhan Uray. Dari pertemuan itu, pada 1969 Prajogo lantas memutuskan bergabung di perusahaan milik Burhan, yakni PT Djajanti Grup.
Lantaran etos kerja yang tinggi, Prajogo pun berhasil mendapatkan jabatan General Manager Pabrik Plywood Nusantara setelah tujuh tahun mengabdi pada grup yang menaunginya tersebut.
Hanya setahun saja Prajogo menjabat sebagai GM Djajanti Group. Ia putuskan resign dan membeli sebuah perusahaan yang sedang krisis finansial. Nama perusahaan tersebut adalah CV Pacific Lumber Coy.
Prajogo meminjam sejumlah dana pada sebuah bank untuk membeli perusahaan kayu ini. Hebatnya, ia dapat mengembalikan pinjaman tersebut hanya dalam kurun waktu satu tahun.
Perusahaan inilah yang kemudian berubah nama menjadi PT Barito Pacific. Pada masa orde baru, perusahaan ini maju pesat menjadi perusahaan kayu terbesar di Indonesia.
Laporan | : | Faisal |
Editor | : | Ruslan Amrullah |