Kamis, 29 Mei 2025 - 21:00 WIB
Usianya baru menginjak 25 tahun, namun Tania Septi Anggraini sudah berhasil menyelesaikan program doktoralnya di Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan mengambil Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika.(Foto IDN Times)
Artikel.news, Bandung – Usianya baru menginjak 25 tahun, namun Tania Septi Anggraini sudah berhasil menyelesaikan program doktoralnya di Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan mengambil Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika.
Dia merupakan salah satu wisudawan yang mengikuti Wisuda Kedua Tahun Akademik (TA) 2024/2025, yang digelar pada Jumat-Sabtu (25-26/4/2025) di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga), ITB, Bandung, Jawa Barat.
Tania, yang juga kini merupakan seorang dosen muda di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengakui bahwa perjalanan akademiknya bukanlah hal yang mudah. Sejak dulu, ia sudah tertarik dengan ilmu eksakta, khususnya di bidang fisika dan matematika sudah tumbuh sejak masa SMA.
Namun, perjalanan akademiknya tidak lepas dari tantangan, termasuk perbedaan pendapat dengan keluarganya mengenai pilihan jurusan. Setelah melewati berbagai diskusi, ia akhirnya memperoleh izin untuk menempuh studi teknik di ITB dengan syarat menyelesaikan hingga jenjang magister terlebih dahulu.
Pada tahun 2017, Tania resmi diterima di ITB dan berhasil menuntaskan program sarjana, lalu melanjutkan program magister melalui jalur fast track dengan dukungan beasiswa.
Dia memilih Progam Studi Teknik Geodesi dan Geomatika, bidang yang menurutnya sesuai dengan dirinya, karena menekankan perhitungan dan logika, bukan hafalan.
Pilihannya ini pun membawanya pada kesempatan istimewa ketika program studi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB menjalin kerja sama dengan Chiba University, Jepang, melalui program double degree.
Berkat rekomendasi profesornya dan dukungan kedua institusi, Tania diterima dalam program ini dan menjalani studi doktoralnya secara hybrid, menggabungkan pembelajaran di Jepang dan daring dari Indonesia. Hal ini memungkinkan ia tetap aktif mengajar sebagai dosen di UPI Bandung.
Selama menempuh program doktoral, Tania menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan aktivitas akademik dan profesional. “Tantangan terbesar adalah menyelaraskan karir dan akademik”, ujar Tania, dilansir dari itb.ac.id, Kamis (29/5/2025).
Perannya sebagai dosen, peneliti, sekaligus pekerja di startup berjalan bersamaan, sehingga ia harus memanfaatkan waktu malam untuk menyelesaikan kewajiban akademiknya. Salah satu motivasi kuat untuk menyelesaikan studi dengan cepat ialah didukung oleh beasiswa ITB yang membebaskan biaya kuliah.
Saat ini, selain aktif mengajar di Program Studi Sains Informasi Geografi (SaIG) dan Program Studi Survei Pemetaan Informasi Geografi (SPIG) di UPI, Tania juga tengah menyelesaikan proses sidang doktoral di Chiba University.
Ia berencana mengembangkan karir akademik dan riset lebih mendalam setelah menyelesaikan studi doktoralnya. Dalam pesannya kepada para mahasiswa dan calon doktor, Tania menekankan pentingnya kesabaran dan semangat.
“Sabar dan semangat. Pintar saja itu tidak cukup, kita juga perlu kekuatan mental karena perjalanan sampai S3 itu memang penuh tantangan,” ujarnya.
Laporan | : | Fadli |
Editor | : | Ruslan Amrullah |