Senin, 28 Agustus 2023 - 20:44 WIB
Artikel.news, Makassar - Orang yang terus-menerus menyalahkan orang atau situasi lain atas peristiwa dalam hidup mereka, diduga memiliki victim mentality.
Victim Mentality adalah ketika seseorang merasa seperti korban di berbagai situasi, bahkan ketika bukti menunjukkan sebaliknya. Mereka mungkin merasa tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi pada mereka.
Pandangan ini dapat mempengaruhi banyak bidang kehidupan, seperti hubungan, pekerjaan, dan kesehatan juga.
Dilansir dari Haibunda.com, Senin (28/8/2023), seorang psikolog klinis di San Antonio, Texas, Dr. Julie Landry, mengatakan bahwa seseorang bisa mengalami hal itu karena beberapa faktor berikut ini:
- Mengalami berbagai situasi di mana mereka tidak memiliki kendali.
- Rasa sakit emosional yang berkelanjutan yang mengarah pada ketidakberdayaan yang dipelajari.
- Pengkhianatan oleh seseorang yang paling dekat dengan mereka.
Orang dengan gangguan pengguna alkohol atau gangguan penggunaan zat mungkin menemukan bahwa victim mentality membuat mereka berada dalam lingkaran kecanduan. Mereka mungkin merasa tidak berdaya untuk mengubah keadaan mereka, meminta dukungan dari orang lain sementara merasa tidak mampu untuk menghidupi diri mereka sendiri.
Penyebab Victim Mentality
Sangat sedikit, jika ada, orang yang mengalami victim mentality hanya karena mereka bisa, ini sering berakar pada beberapa hal berikut ini:
1. Trauma masa lalu
Melansir dari laman Healthline, bagi orang luar, seseorang dengan victim mentality mungkin tampak terlalu dramatis. Akan tetapi, pola pikir ini seringkali berkembang sebagai tanggapan terhadap viktimisasi yang sebenarnya.
Itu bisa muncul sebagai metode untuk mengatasi pelecehan atau trauma. Menghadapi satu demi satu keadaan negatif dapat membuat hasil ini lebih mungkin terjadi.
Tidak semua orang yang mengalami situasi traumatis terus mengembangkan victim mentality, tetapi orang bereaksi terhadap kesulitan dengan cara yang berbeda. Rasa sakit emosional dapat mengganggu rasa kontrol seseorang, berkontribusi pada perasaan tidak berdaya hingga mereka merasa terjebak dan menyerah.
2. Pengkhianatan
Pengkhianatan kepercayaan, terutama pengkhianatan yang berulang, juga dapat membuat orang merasa seperti korban dan mempersulit mereka untuk mempercayai siapa pun.
3. Ketergantungan
Pola pikir ini juga dapat berkembang bersamaan dengan kodependensi. Orang kodependen dapat mengorbankan tujuan mereka untuk mendukung pasangannya. Akibatnya, mereka mungkin merasa frustrasi dan kesal karena tidak pernah mendapatkan apa yang mereka butuhkan, tanpa mengakui peran mereka sendiri dalam situasi tersebut.
4. Manipulasi
Beberapa orang yang berperan sebagai korban mungkin tampak senang menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka sebabkan, menyerang, dan membuat orang lain merasa bersalah, atau memanipulasi orang lain untuk mendapatkan simpati dan perhatian.
Ciri-ciri Seseorang Termasuk Victim Mentality
Vicki Botnick, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi (LMFT) di Tarzana, California, menjelaskan bahwa orang mengidentifikasi dengan peran korban ketika mereka mengalihkan ke keyakinan rang lain menyebabkan kesengsaraan mereka dan tidak ada yang mereka lakukan akan membuat perbedaan.
Laporan | : | Fadli |
Editor | : | Ruslan Amrullah |