Jumat, 08 Oktober 2021 - 18:55 WIB
Merianne Tijs, pengusaha kopi asal Belanda yang jadi pembicara utama pada webinar yang diadakan oleh Puriskoka Unasman.
Artikel.news, Polman - Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman) Sulawesi Barat melalui Pusat Riset dan Inkubasi Kopi Kakao (Puriskoka-Unasman) melaksanakan Webinar terbatas tentang produksi dan adaptasi perubahan iklim tanaman kopi.
Seminar online dilaksanakan atas kerja sama dengn PT. Ritma Green Bersinergi berlangsung Kamis (7/10/2021).
Peserta webinar berasal dari stakeholder kopi yang tersebar di wilayah pegunungan Sulawesi antara lain Toraja, Mamasa, Enrekang, Polman, Majene, Sinjai, Bulukumba, Gowa, Bone dan Pinrang.
Hadir sebagai pembicara utama Merianne Tijs asal Belanda yang merupakan Partner and Southeast Asean Coffee Spesialist at Matahari GT. Pembicara lain Said Fauzan Baabud (Trade Facilitation Associate), Aqdar Maskur (PT. Ritma Green), dan Direktur Puriskoka Unasman Harli A. Karim.
Dalam pemaparan materi, Merianne mengatakan, kopi Sulawesi memiliki prospek besar untuk menembus pasar Eropa khususnya Belanda.
Merianne menyarankan petani dan stakeholder kopi untuk mengembangkan kopi spesialty (specialty coffees) disertai storytelling yang menjadi pembeda dengan kopi lainnya.
Kebutuhan kopi spesialty tersebut memiliki permintaan yang cukup tinggi di Eropa. Selain itu Merianne menyampaikan bahwa pihaknya memiliki Dedicated buyer (komitmen yang kuat) untuk menjalin kerjasama langsung dengan petani kopi di Indonesia.
Pembicara lain Said Fauzan Baabud dalam kesempatan tersebut lebih menyoroti tentang isu sosial dan lingkungan sangat melekat dalam perdagangan kopi. Isu tersebut sangat mempengaruhi harga kopi.
Menurut Said, konsumen kopi di Eropa semakin cerdas. Konsumen kopi Eropa mereka menurut Said tidak hanya menikmati rasa kopi tapi mereka sudah mengaitkan dengan isu keadilan dan kesejahteraan petani, peran perempuan (gender) dalam aktifitas kopi.
Selain isu sosial, perdagangan kopi juga sudah dikaitkan dengan isu perubahan iklim, prilaku konsumsi sehat, Ekosistem Satwa Pendukung dan pencegahan kerusakan lingkungan.
Aqdar Maskur sebagai pembicara pembanding mengatakan bahwa produksi kopi terutama Arabika terus menurun yang salah satu faktor utamanya adalah perubahan iklim.
Tanpa adanya praktek adaptasi iklim menurut Aqdar diperkirakan Indonesia akan berhenti menjadi eksportir kopi pada tahun 2035. Hal itu disebabkan karena produksi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik dalam negeri.
Olehhnya itu, menurut Akdar salah satu adaptasi perubahan iklim yang penting dilakukan adalah Agroforestry.
Dalam kesempatan tersebut Direktur Puriskoka Unasman, Harli A. Karim mengatakan, animo petani untuk kembali menekuni pertanaman kopi sebenarnya sangat tinggi.
Namun demikian, menurut Harli, petani sebagai produsen di hulu justru terkadang mendapat manfaat yang lebih sedikit.
Kopi milik petani menurut Harli, dihargai jauh lebih rendah dibandingkan harga yang seharusnya mereka terima. Kesejahteraan petani kopi juga masih memprihatinkan.
Padahal, menurut Ketua Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI-Sulbar) ini, seharusnya harga di tingkat petani bisa lebih tinggi jika merujuk permintaan kopi dalam dan luar negeri semakin tinggi.
Ia mencontohkan, harga segelas kopi di cafe-cafe bisa mencapai puluhan ribu rupiah per gelas, segelas kopi di cafe-cafe hanya membutuhkan beberapa gram biji kopi. Sedangkan di tingkat petani biji kopi milik petani hanya dihargai Rp10.000 –Rp15.000 per liter.
"Kesenjangan harga ini seharusnya dipikirkan oleh semua pihak. Rantai pasok harus lebih pendek. Petani kopi seharusnya diberi akses langsung ke pasar-pasar modern," kata Harli, melalui rilis, Jumat (8/10/2021).
Apalagi, tambah Harli, kopi Sulawesi sejak dulu dikenal memiliki cita rasa yang khas dan unggul. Keunggulan cita rasa ini seharusnya dihargai lebih baik.
Laporan | : | Faisal |
Editor | : | Ruslan Amrullah |