Jumat, 10 Oktober 2025 - 09:47 WIB
Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Provinsi Sulawesi Barat, Darwis Damir, menerima kunjungan Delegasi Partnership for Australia-Indonesia Research (PAIR) di ruang rapat RPJMD, Kamis (9/10/2025).
Artikel.news, Mamuju — Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Provinsi Sulawesi Barat, Darwis Damir, menerima kunjungan Delegasi Partnership for Australia-Indonesia Research (PAIR) di ruang rapat RPJMD, Kamis (9/10/2025).
Kunjungan ini dipimpin oleh Dr Eugene Sebastian, Direktur Program PAIR, bersama rombongan dari The Australia-Indonesia Centre (AIC). Pertemuan tersebut bertujuan memperkuat kolaborasi riset antara lembaga penelitian Indonesia dan Australia untuk mendukung pembangunan daerah berbasis sains dan teknologi.
Secara terpisah, Kepala Bapperida Sulbar, Junda Maulana, menjelaskan bahwa kunjungan PAIR telah lama direncanakan sejak tahun sebelumnya.
“Sejak tahun lalu tim delegasi PAIR ingin berkunjung ke Sulawesi Barat dalam rangka pelaksanaan penelitian dan menjajaki kolaborasi untuk mewujudkan sains yang berdampak pada pembangunan daerah. Karena saya ada tugas lain, maka saya menugaskan Sekretaris Bapperida untuk menerima dan berdiskusi terkait tema penelitian yang akan diangkat,” jelas Junda.
Sekretaris Bapperida Sulbar, Darwis Damir menyampaikan bahwa program PAIR merupakan upaya mempertemukan peneliti dari Indonesia dan Australia untuk menghasilkan riset akademik yang aplikatif serta mendukung kebijakan pembangunan.
“PAIR tidak hanya menghasilkan penelitian akademis, tetapi juga memastikan hasilnya berdampak langsung bagi masyarakat melalui penerapan sains dan teknologi,” ujarnya.
Darwis juga menjelaskan bahwa arah penelitian PAIR sejalan dengan Visi dan Misi Gubernur Sulbar, Suhardi Duka dan Wakilnya Salim S Mengga sebagaimana tercantum dalam RPJMD 2025–2029.
“Program PAIR tematik ini sejalan dengan Panca Daya Pemerintah Provinsi Sulbar, khususnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan yang dapat dirasakan masyarakat, terutama kelompok miskin. Selain itu, program ini juga mendukung pembangunan sumber daya manusia yang unggul dan berkarakter,” tambahnya.
Terdapat tiga fokus utama penelitian yang akan dilaksanakan di Sulawesi Barat, yakni:
1. Solusi ekonomi sirkular untuk meningkatkan keberlanjutan dan produktivitas budidaya serta pengolahan rumput laut.
2. Emisi Net Zero di fasilitas kesehatan, khususnya di wilayah pesisir.
3. Krisis iklim dan kesehatan yang berdampak pada masyarakat pesisir.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Eugene Sebastian menegaskan bahwa fokus riset diarahkan pada isu perubahan iklim dan masyarakat pesisir di wilayah Sulawesi.
Sementara itu, Direktur Program PAIR Indonesia, Hasnawati Saleh, menilai bahwa kehadiran PAIR memiliki makna penting untuk menghadirkan dampak nyata bagi masyarakat lokal.
“Kesejahteraan masyarakat menjadi prioritas utama. Penelitian ini akan menjadi ruang bermitra untuk menghadirkan solusi dan rekomendasi kebijakan yang konkret,” jelas Hasnawati.
Ia menambahkan bahwa program PAIR beroperasi dengan prinsip berbasis tempat (place-based research), melibatkan 6 provinsi, 24 mitra strategis, 19 universitas, dan 95 peneliti lintas disiplin ilmu.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh Ketua LPPM Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof. Suharman Hamzah, Ketua LPPM Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) Muhammad Nasir Badu, peneliti Unsulbar Dr Nur Indah Sari Arbit, Kabid PPEPD Hasanuddin, Kabid Ifwil Arjanto, serta sejumlah pejabat fungsional di lingkungan Bapperida Sulbar.(Rls)
Laporan | : | Faisal |
Editor | : | Ruslan Amrullah |