Senin, 15 September 2025 - 14:47 WIB
Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Gigi Nasional, Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUD Provinsi Sulawesi Barat menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dengan topik “Halitosis/ Malador/Bad Breath Bau Mulut”.
Artikel.news, Mamuju - Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Gigi Nasional, Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUD Provinsi Sulawesi Barat menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dengan topik “Halitosis/ Malador/Bad Breath Bau Mulut”.
Kegiatan ini dilaksanakan di depan Ruang Tunggu Rekam Medik dan diikuti oleh pengunjung RSUD Sulbar dengan antusias, Senin (15/9/2025).
Direktur RSUD Provinsi Sulbar menyampaikan bahwa edukasi kesehatan seperti ini sejalan dengan Misi ke-3 Gubernur Sulbar, Suhardi Duka, yaitu membangun Sumber Daya Manusia yang Unggul dan Berkarakter.
“Kesehatan gigi dan mulut, termasuk pencegahan bau mulut, merupakan hal penting agar masyarakat dapat tampil percaya diri, sehat, dan produktif. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas SDM yang kita bangun bersama,” ujarnya.
Melalui momentum Hari Kesehatan Gigi Nasional, RSUD Provinsi Sulbar berkomitmen terus meningkatkan literasi kesehatan masyarakat agar kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin tinggi. Dengan begitu, tercipta generasi sehat yang mampu mendukung pembangunan daerah dan mewujudkan Sulawesi Barat yang lebih maju.
Dokter spesialis Penyakit Mulut, drg Eben Ezer Lebang selaku pemateri menjelaskan, Halitosis adalah istilah yg berasal dari kata Latin “halitus” (napas) dan Yunani “osis” (proses patologis), Halitosis adalah bau busuk yang berasal dari rongga mulut yg melibatlkan proteolysis, produk metabolisme sel deskuamasi dan pembusukan bakteri. (Marita et al., 2001).
Dia menguraikan, Gas yang menyebabkan bau mulut adalah senyawa sulphur volatile (VSC). (Lewis M.A.O., et.al., 2014) yang terbagi dalam beberapa klasifikasi, baik bau mulut yang dipengaruhi karena kelaparan, merokok, makanan, minuman, obat obatan, maupun pola hidup.
Diagnosa terhadap pasien dapat dilakukan melalui beberapa tahapan pemeriksaan. Pertama pemeriksaan subjektif (anamnesis) meliputi identifikasi keluhan utama, riwayat kesehatan umum dan kesehatan gigi, serta pola hidup pasien seperti pola diet, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan objektif (fisik), baik secara ekstra oral—meliputi evaluasi wajah, leher, dan kelenjar getah bening—maupun intra oral yang mencakup kebersihan mulut, kondisi gigi, jaringan lunak, dan saliva.
Untuk menilai adanya bau mulut, dapat digunakan uji organoleptik. Pemeriksaan lain yang mendukung adalah tes Halimeter, yang mengukur kadar senyawa volatil sulfur (VSC) dalam napas pasien, serta oral chroma test yang menggunakan teknologi kromatografi gas untuk memisahkan dan mengukur konsentrasi tiga jenis VSC, yaitu hidrogen sulfida (H₂S), metil merkaptan (CH₃SH), dan dimetil sulfida (CH₃)₂S.
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan mikrobiologis seperti uji BANA (Benzoyl Arginine Naphthylamide) untuk menilai aktivitas enzim pada bakteri anaerob gram negatif penyebab bau mulut. Sebagai pelengkap, pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dan radiologi juga dapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran diagnostik yang lebih komprehensif.
Adapun terapi atasi penyebab halitosis,Penggunaan pasta gigi yg mengandung triclosant, Penggunaan obat kumur (chlorhexidine, cetylpyridinium, chlorine dioxide, natrium bicarbonate, hydrogen peroksida, natrium perborate), Penyegar napas (semprotan penyegar, perment mint, permen karet)., Pseudohalitosis/ Halitophobia rujuk ke psikolog untuk psikoterapi/konseling, atau ke psikiater untuk kemungkinan gangguan obsesif kompulsif.(Rls)
Laporan | : | Faisal |
Editor | : | Ruslan Amrullah |