Kamis, 09 Februari 2023 - 20:51 WIB
Artikel.news, Kuala Lumpur - Media massa di Malaysia juga menghadapi kesulitan di era digital saat ini. Ada sejumlah media yang terpaksa tutup karena tak lagi bisa bersaing dan sulit untuk mendapatkan penghasilan.
Seperti dituturkan Menteri Komunikasi dan Digital Malaysia YB Fahmi Fadzil, media di Malaysia mesti bersaing dengan Google hingga TikTok.
Dalam diskusi via Zoom dengan wartawan di Indonesia, Senin (6/2/2022), Fahmi Fadzil menyampaikan dia sudah bertemu dengan beberapa grup media besar seperti Astro Awani dan Media Prima membahas persoalan itu.
Pemasukan dari belanja iklan di media di Malaysia sekitar 1 miliar dolar AS. Namun, sebagian besar masuk ke platform global.
"Tiga perempatnya masuk ke Google, TikTok, dan Meta," jelas Fahmi, dilansir dari Kumparan.com, Kamis (9/2/2023).
Dalam diskusi yang dipandu wartawan senior Asro Kamal Rokan dari Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (Iswami) ini, Fahmi Fadzil menyampaikan, pihaknya akan berupaya membantu media di Malaysia. Dia sudah bertemu dengan Google, TikTok, dan Meta.
Ke depan, dia akan berupaya membuat aturan yang adil. "Kalau tidak win-win, ya jangan lose-lose, lah," ujar dia.
YB Fahmi baru 2,5 bulan menjabat sebagai menteri. Dia optimistis bisa membawa perubahan bagi perkembangan media di Malaysia.
Bagi dia, media harus ada sebagai lawan tanding untuk pemerintah, sebagai pengawas agar pemerintah tidak melakukan penyimpangan.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |