Rabu, 03 Agustus 2022 - 22:23 WIB
Ilustrasi prostitusi anak di bawah umur.(Istimewa)
Artikel.news, Lubuklinggau - Butuh uang jajan alasan ketujuh anak di bawah umur di Kota Lubuklinggau, Sumsel, mau terjerumus prostitusi online.
Ketujuh anak ini masih pelajar, namun mayoritas mereka tidak mau sekolah lagi karena terpaksa butuh uang jajan, sehingga lebih memilih menggeluti dunia prostitusi.
Bahkan ada salah seorang anak yang baru masuk SMA, belum pernah memakai seragam sekolahnya karena lebih memilih jadi wanita panggilan karena terbentur dengan uang jajan.
"Mereka rata-rata ngakunya untuk uang jajan, intinya uang jajan kurang," ungkap Kapolres Lubuklinggau, AKBP Harissandi melalui Kanit PPA, Aipda Kristin, dikutip dari Sripoku.com, Rabu (3/8/2022).
Kristin mengatakan hampir semuanya mengaku terjun ke dunia hitam tersebut karena tuntutan ekonomi, sebab semuanya berlatar belakang dari keluarga yang kurang mampu.
"Taraf hidupnya ada yang bawah sekali, ada yang menengah, tapi hanya sebagian yang menengah, sisanya karena ekonominya memang menengah ke bawah," ujarnya.
Dari ketujuh korban tersebut rata-rata merupakan remaja yang sudah tidak pernah aktif sekolah alias tidak pernah masuk sekolah meski masih berstatus sebagai pelajar.
"Mereka ini bisa dibilang masih sekolah iya, tapi tidak mau lagi masuk sekolah, malah ada yang baju SMA nya semenjak dibeli tidak dipakai sama sekali," ungkapnya.
Seperti contohnya, satu korban asal warga Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang itu, dari awal memang tidak mau masuk sekolah lagi, padahal baru masuk SMA,
akhirnya bertemu teman-temannya memilih jalan menjadi wanita panggilan.
"Ya yang dari Empat Lawang itu bajunya tidak pernah dipakai sama sekali sejak dibeli, padahal baru masuk SMA," kata Kristin
Rata-Rata Korban Tipe Anak Yang Suka Bebas
Kristin mengungkapkan rata-rata anak yang jadi korban ini merupakan tipikal anak yang tidak mau terkekang di rumah, dari awal mereka selalu menuntut kebebasan kepada keluarganya.
"Mereka (korban) ini merupakan tipikal anak yang ingin bebas, mungkin karena pergaulan, terus menjadi kebutuhan, rata-rata anak yang tidak betah di rumah," ungkapnya.
Hasil interogasi dan pengamatan Kristin ketika menginterogasi para korban, selain tipikal anak yang ingin bebas, para korban ini tipikal anak yang tidak mau mendengar nasehat orang tua sama sekali.
"Maunya bebas aja, tidak mau cuci piring," ujarnya.
Hanya Dikenakan Wajib Lapor
Saat ini ketujuh korban praktik bisnis prostitusi online di Kota Lubuklinggau itu hanya dikenakan wajib lapor setelah para orang tua korban memberi jaminan.
"Saat ini sudah dipulangkan, mereka hanya dikenakan wajib lapor dengan jaminan orang tua, wajib lapor ini sampai perkara penyidikan ini selesai," ungkapnya.
Selain diwajibkan wajib lapor, pihak Polres Lubuklinggau juga sudah berkoordinasi dengan pihak Dinas Sosial (Dinsos) Kota Lubuklinggau agar para korban tersebut diberi pelatihan.
"Sekarang yang sudah bersedia baru dua orang, sementara yang lima orang lainnya belum, kita berharap mereka semua mau," kata Kristin.
Sebelumnya, Bisnis prostitusi online yang menjadikan media Michat sebagai sarana mencari pelanggan yang dibongkar Polres Lubuklinggau diduga sudah berlangsung lama.
Kasus prostitusi online yang menjadikan anak dibawah umur sebagai korbannya ini digerebek di Hotel Arwana Kelurahan Taba Koji, Kecamatan Lubuklinggau Timur I.
Berdasarkan penelusuran Tribunsumsel.com disekitar lokasi hotel, praktik bisnis prostitusi ini sudah berlangsung lama dan selama ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat sekitar.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |