Kamis, 12 Mei 2022 - 21:11 WIB
Artikel.news, Yerussalem - Seorang wanita wartawan dari stasiun televisi Al Jazeera meninggal dunia usai ditembak oleh sniper Israel.
Jurnalis bernama Shireen Abu Akleh ini dibunuh oleh penembak jitu Israel pada Rabu (11/5/2022).
Dia koresponden televisi veteran, yang juga perempuan popular di dunia jurnalisme Arab karena liputannya yang berani tentang konflik Israel-Palestina.
Teman dan kolega menggambarkan Abu Akleh sebagai reporter pemberani dan baik hati. Tawanya kerap menular ke teman-teman dekatnya, dan ia menyuarakan perjuangan rakyat Palestina selama hampir tiga dekade kariernya.
Dia Berasal dari Yerusalem Timur, dan Aljazeera menulis jika dia adalah warga negara AS, Shireen Abu Akleh (51) meninggalkan saudara laki-lakinya, Tony Abu Akleh.
"Kerugian kami sangat besar," kata Nida Ibrahim, koresponden Al Jazeera dan rekan Abu Akleh di Tepi Barat yang diduduki Israel, seperti dilansir dari Tribunmanado.id, Kamis (12/5/2022).
"Dia baik, berdedikasi dan berbakti. Dia tahu ceritanya terus menerus dan dia mengerti nuansanya. Dia membawa banyak informasi untuk pelaporannya," lanjut Nida Ibrahim.
Sembari menangis, Ibrahim menggambarkan Abu Akleh sebagai manusia unik yang sangat terkenal, tetapi sederhana dan berkomitmen pada profesinya.
Pada saat kematiannya, Abu Akleh telah belajar bahasa Ibrani untuk memahami narasi media Israel lebih baik, dan baru saja menyelesaikan diploma di media digital.
"Dia bukan hanya seorang veteran, yang telah berada di sini meliput cerita selama bertahun-tahun, tetapi juga seseorang yang ingin terus belajar dan terus melaporkan menggunakan cara baru," lanjutnya.
Inspirasi Jurnalis di Palestina
Lahir di Yerusalem pada 1971, Shireen Abu Akleh yang beragama Kristen, awalnya belajar arsitektur sebelum beralih ke jurnalistik di Universitas Yarmouk di Yordania.
Setelah lulus, ia kembali ke Palestina dan bekerja di beberapa media, termasuk Radio Suara Palestina dan Saluran Satelit Amman.
Dia bergabung dengan Al Jazeera Media Network setahun setelah diluncurkan pada 1996.
Ia menjadi koresponden lapangan pertama jaringan berbahasa Arab yang berbasis di Qatar dan mendapatkan ketenaran untuk liputannya tentang Intifada Palestina kedua pada 2000.
"Saya memilih jurnalistik untuk dekat dengan rakyat," kata Abu Akleh dalam sebuh video.
"Mungkin tidak mudah untuk mengubah kenyataan, tapi setidaknya saya bisa membawa suara mereka ke dunia," tambahnya.
Sebagai jurnalis televisi, Abu Akleh meliput peristiwa besar dan kecil, dari perang Gaza 2008, 2009, 2012, 2014 dan 2021.
Ia meliput aksi pembobolan penjara oleh enam warga Palestina yang melarikan diri dari penjara dengan keamanan maksimum di Israel utara September lalu.
Dia juga meliput berita regional, termasuk perang di Lebanon pada 2006.
"Shireen adalah pelopor, inspirasi bagi kita semua," kata Dalia Hatuqa, seorang jurnalis Al Jazeera yang merupakan teman dekat Abu Akleh.
"Kehadirannya menjadi identik dengan Al Jazeera," lanjutnya.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |