Rabu, 20 April 2022 - 13:31 WIB
Artikel.news, Krakow – Seorang mahasiswa asal Bandung bernama Viddy Ranawijaya yang kini tengah mengambil studi di Krakow, Polandia, membagikan pengalaman puasanya di negara tersebut.
Viddy yang merupakan mahasiswa penerima beasiswa Erasmus Mundus Joint-Master’s Euroculture dan sedang menempuh pendidikan di Jagiellonian University in Kraków ini menyebutkan, puasa tahun ini di Krakow durasinya cukup panjang.
Alasannya adalah karena bulan Ramadhan tahun 2022 jatuh pada musim semi yang membuat tenggelamnya matahari atau sunset lebih lama.
“Sahurnya mundur bisa sampai pukul 04.30 (waktu setempat), ya mirip dengan di Indonesia, tapi untuk waktu berbuka lebih lama. Kita menunggu sunset, sekitar pukul 07.30. Ya puasanya sekitar 15 jam,” kata Viddy, dilansir dari Kompas.com, Rabu (20/4/2022).
Di sini, Viddy merasakan bahwa suasana-lah yang membuat ibadah pada bulan Ramadhan terasa berbeda.
Jika di Indonesia banyak teman yang berpuasa, di Polandia rekan-rekannya tidak berpuasa, oleh karena itu, dia jadi merindukan momen Ramadhan di negara tercinta.
“Kita kangen puasa di rumah karena aroma Ramadhan itu beda banget. Kalau di Indonesia, lewat di jalan apalagi sore hari ada banyak banget penjual makanan. Ada yang jual takjil, kolak pisang, es campur,” tutur Viddy.
Selain itu, kumpul bersama keluarga saat berbuka puasa juga hal yang dia rindukan. Meski begitu, Viddy juga merasa senang bisa puasa di Polandia.
Hal yang membuatnya merasa senang adalah bisa mengenalkan budaya Ramadhan di Indonesia ke masyarakat sekitar dan teman sekelasnya.
Bahkan, dia juga sempat mengundang teman-teman sekelasnya untuk merasakan pengalaman berbuka puasa.
Alhasil banyak dari mereka yang merasa senang dan menjadi menghargai orang yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Orang Polandia juga puasa
Viddy mengatakan bahwa orang-orang di Polandia juga sudah familiar dengan puasa karena kebanyakan menganut agama Katolik. Mereka juga menjalankan puasa, tetapi dengan cara berbeda.
“Banyak banget orang yang sudah familiar dengan puasa karena puasa itu juga dijalankan oleh masyarakat Polandia dengan cara berbeda, yakni saat menjelang Paskah selama 40 hari,” katanya.
Hal itu membuat masyarakat Polandia cukup menghargai umat Islam yang berpuasa karena sudah mengerti puasa. Mereka juga mengajak Viddy mengobrol soal puasa, sehingga ada exchange knowledge (bertukar ilmu).”
Sementara itu, untuk mendapatkan makanan halal di dekat tempat tinggalnya, khususnya untuk jenis daging, cukup sulit. Terlebih, komunitas muslim di negara tersebut juga tak besar.
Meski begitu, Viddy masih bisa menemukan makanan halal untuk disantap di toko daging maupun restoran.
“Jadi, ada dua toko daging halal, kalau untuk restoran juga banyak tapi tidak dicantumkan logo halalnya,” ucap Viddy.
“Di Polandia itu, mungkin masyarakatnya memang belum terlalu paham mengenai konsep halal, kalau semua orang sebenarnya bisa makan makanan halal,” tambahnya.
Menurutnya agar tak mendatangkan persepsi negatif soal logo halal, akhirnya logo tersebut tidak dicantumkan.
Buka bersama di Krakow, Polandia
Walaupun berada jauh dari Indonesia, kegiatan buka bersama juga masih sering diadakan terutama saat weekend pada Jumat dan Sabtu.
“Kita biasanya mengadakan buka puasa bersama, tergantung sponsornya biasanya adalah restoran-restoran halal yang dari Kota Krakow, seperti menyumbangkan makanan,” kata Viddy.
“Atau juga bisa donatur yang menyumbangkan via restoran, agar bisa buka bersama dengan komunitas muslim dari seluruh dunia, ada dari Negara Arab juga ada, kemudian Eropa Timur seperti Bosnia, Ukraina, banyak juga yang ikut.”
Untuk pelaksanaan shalat Idul Fitri bagi umat Islam juga ada, biasanya digelar di Islamic Center yang ada di Krakow.
Adanya shalat Idul Fitri berjamaah tahun ini bisa dibilang yang pertama setelah dua tahun tak diadakan karena pandemi Covid-19.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |