Ahad, 30 Mei 2021 - 18:08 WIB
Artikel.news, Jakarta - Garuda Indonesia tengah menghadapi masalah keuangan yang cukup parah. Maskapai plat merah ini dililit utang mencapai Rp70 triliun. Utang tersebut berasal dari utang masa lalu dan dampak dari pandemi yang membuat perusahaan terus merugi meski masih beroperasi.
Pengamat ekonomi INDEF, Eko Listiyanto, menilai bisnis penerbangan memang sedang anjlok sejalan dengan penyebaran Virus Corona yang melanda dunia. Tak terkecuali Garuda Indonesia sebagai perusahaan penerbangan negara. Terlebih perusahaan ini menjalankan bisnisnya di kelas menengah atas.
"Ini bisnis penerbangan, kondisi normal saja persaingan ketat, apalagi Garuda ini kan kelasnya premium," kata Eko, dilansir dari merdeka.com, Minggu (30/5/20210).
Sebelum pandemi, sebagai maskapai yang berbisnis di kelas premium Garuda banyak diuntungkan oleh penerbangan haji, umroh dan perjalanan dinas ASN. Namun, karena pandemi, penerbangan khusus haji dan umroh pun terganggu.
Akibatnya bisnis penerbangan internasional Garuda terganggu. Untuk itu, menurut dia bisnis Garuda akan kembali berjalan positif bila perjalanan haji dan umroh kembali dibuka.
"Asalkan ada potensi market, haji dan umrah bisa dibuka, ini bisa jadi nafas baru buat Garuda," kata Eko.
Namun, melihat kondisi yang ada, Eko menilai Garuda seharusnya bisa mengambil pasar yang selama ini tidak diambil. Pasar penumpang low cost yang sensitif terhadap perbedaan harga tiket. Menurutnya dengan harga yang bersaing dan pelayanan lebih bisa membuat Garuda lebih diminati.
Cara itu dinilai dia akan bisa membantu bisnis Garuda lebih baik. Meskipun harus bersaing dengan maskapai penerbangan swasta yang sudah mendahului. "Garuda juga bisa main di kelas bawah yang juga low cost karena kita tahu penumpang Indonesia ini sensitif harga. Apalagi harus ada swab PCR juga," kata dia.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |