Selasa, 21 Januari 2025 - 22:22 WIB
Presiden AS Donald Trump berpidato setelah pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan sebagai Presiden ke-47 AS di US Capitol, Washington, Amerika Serikat pada Senin (20/1/2025).Foto: Istimewa
Artikel.news - Presiden Donald Trump mendeklarasikan keadaan darurat energi nasional. Ini merupakan bagian dari agenda besar yang bertujuan untuk meningkatkan produksi bahan bakar fosil dan mengakhiri apa yang disebutnya sebagai "Kesepakatan Baru Hijau."
Dengan pengumuman ini, Amerika Serikat (AS) dapat dikatakan menarik diri dari komitmen internasional untuk memerangi perubahan iklim.
Donald Trump akhirnya resmi menjabat sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat (AS) pada Senin (20/1/2025). Pelantikan Trump berlangsung di dalam ruangan di Gedung Capitol, Washington DC, AS. Usai resmi menjabat sebagai Presiden AS, Trump pun mengumumkan sederet kebijakan yang bakal dilaksanakan usai resmi menjabat. Rencana kebijakan Trump terungkap dalam pidato perdananya.
Salah satu kebijakan yang dievaluasi Trump terkait dengan tarif dan pajak kepada negara asing. Hal tersebut menurutnya akan diterapkan untuk melindungi warga negara AS. "Alih-alih mengenakan pajak kepada warga negara kita untuk memperkaya negara lain, kita akan mengenakan tarif dan pajak kepada negara asing untuk memperkaya warga negara kita," kata Trump dalam pidato perdananya, Senin (20/1/2025).
Ia juga berencana menandatangani sekitar 100 perintah eksekutif. “Dengan langkah-langkah ini, kami akan memulai pemulihan total Amerika dan revolusi akal sehat,” kata Trump dalam pidatonya, dikutip Bloomberg, Senin (20/1).
Trump sangat agresif di hari pertama. Ada beberapa executive order, meskipun dampaknya tidak secara langsung ke Indonesia, tetapi ada potensi terjadi pergeseran ekonomi dan politik global.
Ia berencana mengenakan tarif perdagangan 25% kepada Kanada dan Meksiko mulai Februari 2024. Di sisi lain, Trump menunda pengumuman tarif perdagangan khusus ke Cina.
Presiden AS ke-47 itu juga bersumpah menarik AS dari perjanjian iklim Paris yang merupakan upaya paling penting di dunia untuk mengatasi kenaikan suhu global. Ia sempat melakukan langkah serupa pada 2017, lalu dibatalkan Presiden Joe Biden di hari pertamanya menjabat pada 2021.
Melansir Reuters, harga emas di pasar spot naik 0,3% menjadi US$2.709,09 per troy ounce di tengah volume perdagangan yang tipis karena pasar saham AS libur untuk memperingati Hari Martin Luther King Jr.
Sementara, harga emas berjangka AS turun 0,7% di level US$ 2.730,20 setelah pejabat pemerintahan Trump mengatakan bahwa Presiden Trump akan mengeluarkan memo perdagangan pada hari pertamanya menjabat yang tidak memberlakukan tarif baru.
Sementara itu, indeks dolar AS ditutup melemah 1% sekaligus mencatat penurunan terbesar sejak Agustus 2024. Penurunan dolar ini juga membuat harga emas naik tipis.
Selama beberapa pekan terakhir, selisih harga antara kontrak berjangka New York dan harga spot emas melonjak, seiring para pedagang mengantisipasi potensi tarif impor AS dan meningkatkan pengiriman emas ke gudang CME.
“Kebijakan ini pada gilirannya mendukung permintaan terhadap aset safe-haven seperti emas,” jelasnya seperti dikutip Reuters, Selasa (21/1/2025). Namun, meski emas sering dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi, kebijakan tarif inflasi Trump juga dapat memaksa Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetap tinggi, mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Trump sebelumnya mengisyaratkan bea masuk hingga 10% pada impor global, 60% pada produk China, serta bea masuk sebesar 25% untuk barang asal Kanada dan Meksiko. "Sebagai aset keuangan, emas kemungkinan besar akan dikecualikan dari tarif umum. Oleh karena itu, kami menilai hanya ada kemungkinan 10% tarif efektif 10% pada emas akan diberlakukan dalam 12 bulan mendatang," demikian analisis Goldman Sachs.
Harga emas mencatat level tertinggi sejak 12 Desember 2024, pekan lalu, setelah data inflasi inti yang lebih rendah, pernyataan bernada dovish dari Gubernur The Fed Christopher Waller, serta laporan pengenalan tarif secara bertahap mendorong pasar untuk memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, naik dari ekspektasi sebelumnya hanya satu kali.
Laporan | : | Annisa Shafaroh |
Editor | : | Ruslan Amrullah |