Kamis, 09 Februari 2023 - 22:53 WIB
Artikel.news, Makassar - Memiliki peranan penting dalam menghadapi persaingan global, memenuhi kompetensi dan upgrade kemampuan jadi hal yang krusial bagi para milenial.
Tekanan yang dirasakan dan menumpuk kerap membuat orang dengan rentang usia 18-35 tahun ini cenderung mudah stres.
Psikolog Loren Soeiro dari Psychology Today juga menyebut stres memang lekat dengan generasi milenial. Bahkan, sebanyak 17 persen di antaranya mengalami depresi dan 14 persen mengalami kecemasan. Dibanding generasi sebelumnya, milenial lebih sering mencari bantuan psikolog atau konselor.
Sumber kecemasan milenial mungkin termasuk pikiran tentang pasar kerja yang sulit dan adanya utang serta penyebab psikologis seperti; kecanduan ambisi, krisis karier, hingga kelebihan pilihan.
Tapi ternyata enggak cuma itu yang bisa memicu kecemasan atau stres, perilaku kita sehari-hari juga bisa.
Dilansir dari Kumparan.com, Kamis (9/2/2023), berikut beberapa kebiasaan yang membuat kalangan milenial gampang stres dan cemas.
Kebiasaan tidur yang buruk
Salah satu kebiasaan yang paling sering buat milenial gampang mengalami kecemasan dan stres adalah kurangnya waktu tidur. Sebuah studi oleh University of California di Berkeley menemukan bahwa kurang tidur memainkan peran kunci dalam meningkatkan daerah otak yang berkontribusi pada kekhawatiran yang berlebihan.
Penyebab umum dari kurang tidur termasuk tidur pada waktu yang berbeda, tidak menjadikan tidur sebagai prioritas dan selalu menghabiskan waktu di ponsel atau laptop tepat sebelum tidur.
Minum kopi berlebihan
Minum kopi membuat kita lebih waspada dan dalam banyak kasus minum kopi saat pekerjaan menumpuk memang memberikan efek "melek" dan mendukung performa dalam pekerjaan jangka pendek. Namun di sisi lain juga bisa membuat sebagian orang gelisah, mudah tersinggung hingga gugup.
Untuk itu, milenial boleh mencoba beralih mengonsumsi kopi tanpa kafein atau teh hitam. Jika kamu merasa lebih tenang dan lebih terkendali setelah beberapa minggu tanpa kopi, berkomitmenlah untuk berhenti.
Terlalu banyak menggunakan ponsel
Sebagian besar dari kita terlalu sering memeriksa ponsel, bahkan bisa sampai 2.000 kali sehari. Generasi milenial terobsesi dengan email dan pesan mereka.
Mereka merasa sulit untuk mengabaikan notifikasi. Obsesi dengan telepon hampir menjadi epidemi. Beralih di antara layar dianggap sebagai keterampilan.
Kurangnya berolahraga
Kebanyakan generasi milenial enggak makan tepat waktu; mereka melewatkan waktu tidur dan pelit dengan jadwal olahraga mereka. Mereka enggak bermeditasi dan hanya meluangkan waktu untuk bersantai selama liburan.
Meluangkan waktu hanya sepuluh menit sehari untuk bermeditasi dan berolahraga secara teratur akan menciptakan pola hidup yang lebih sehat yang akan membantu mengurangi kecemasan dan stres yang dialami milenial.
Gaya hidup yang Tidak banyak bergerak
Pekerjaan memang kerap menuntut kaum milenial untuk duduk di depan komputer atau laptop dalam waktu lama. Studi menemukan, duduk terlalu lama bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental para milenial.
Seperti dikutip dari Very Well Mind, studi yang diterbitkan di Sport Sciences for Health menyebut kebiasaan duduk lebih dari delapan jam per hari berdampak negatif pada kesehatan mental.
Dampak negatif tetap muncul meski kebiasaan duduk lama diimbangi dengan 150 menit aktivitas fisik per minggu.
Keseimbangan work life balance yang buruk
Sebagian besar milenial memeriksa email mereka dan mengerjakan deadline mereka bahkan setelah jam kerja berakhir.
Dengan tidak adanya pembatasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan, mereka justru malah merasakan ketidakseimbangan yang mengarah pada peningkatan kecemasan dan dapat menyebabkan berbagai jenis depresi, kecemasan maupun stres pada generasi milenial.
Aktivitas relaksasi yang buruk
Menonton Netflix telah menjadi aktivitas akhir pekan favorit para milenial. Namun penelitian telah membuktikan bahwa menonton TV atau film enggak cuma membuat rileks tetapi juga membuat seseorang merasa kosong dan cemas.
Untuk itu, mulai sekarang jangan terlalu sering mengisi hari libur dengan menonton film saja, tapi kamu juga bisa isi dengan jalan-jalan, baca buku, berolahraga, atau melakukan hal lain yang kamu sukai.
Laporan Mutiara Oktaviana
Laporan | : | Cullank |
Editor | : | Ruslan Amrullah |