Rabu, 27 April 2022 - 22:32 WIB
Lia Karina Mansur
Artikel.news, Makassar - Lia Karina Mansur adalah atlet andalan Indonesia di cabang olahraga taekwondo. Sepanjang kariernya, perempuan asal Yogyakarta ini bergabung di Timnas Indonesia dari tahun 2006 hingga 2013 dan berhasil mengantongi sejumlah prestasi, baik skala nasional maupun internasional.
Lia berhasil meraih medali emas PON Jawa Barat 2016 dan medali perak di SEA Games XXVI kelas 57 kilogram. Di skala internasional, Lia berhasil menjadi runner-up Jeonju Open International Taekwondo Championship yang digelar di Korea Selatan beberapa tahun yang lalu.
Dibesarkan di keluarga yang memiliki background sebagai olahragawan, Lia sering diikutkan berbagai macam kegiatan olahraga.
Setelah mencoba berbagai olahraga, akhirnya Lia menemukan potensinya di taekwondo. Pernah mendapatkan berbagai memar akibat pukulan saat bertanding, tak membuat Lia patah semangat untuk terus berlatih.
“Habis tanding misalnya bengkak-bengkak, terus pernah tanding pertama itu kena tendang sampai biru, dikiranya bakal kapok eh ternyata gak kapok. Aku sendiri juga bingung kalau ditanya orang kenapa bisa milihnya taekwondo, padahal taekwondo tuh lebih capek, lebih sakit daripada olahraga-olahraga sebelumnya,” ujar Lia, dilansir dari Kumparan.com, Rabu (27/4/2022).
Kegigihan Lia dalam berlatih ternyata membuahkan hasil. Lia berhasil memenangkan beberapa pertandingan yang membuat dirinya semakin yakin bisa mengukir prestasi melalui bakat taekwondonya. Prestasi yang diraih Lia membuktikan bahwa hijab tak pernah menghalangi langkahnya untuk terus berjuang.
Perjuangan Lia sebagai atlet tidak berhenti sampai situ saja. Memasuki jenjang pendidikan SMP, Lia berhasil masuk ke Timnas cabang olahraga taekwondo. Saat itu, ia mengaku pendidikannya sempat terganggu akibat harus fokus dengan berbagai latihan yang diikutinya.
“Pertama terganggu, jadi gak cuma waktu timnas aja sebenarnya. Jadi kalau kita taekwondo itu kan memang latihannya berat apalagi kita cabornya individu, harus ekstra latihan. Jadi cabang bela diri itu ibaratnya tanggung sendiri ya kalau kenapa-kenapa, jadi memang dari akhir SD mau ke SMP tuh frekuensi dan intensitas latihannya udah mulai tinggi,” ujar Lia.
Lia juga bercerita bahwa dirinya dari pagi hingga selesai magrib tidak memiliki waktu untuk pulang ke rumah, dan hanya memiliki sedikit waktu istirahat sebelum ia melanjutkan latihan hingga sore hari.
Sesampainya di rumah, Lia masih harus mengerjakan PR dan belajar. Kemudian, saat kelas 2 SMP ia dipindahkan ke sekolah khusus olahraga di Jakarta, sehingga jam belajar dan latihannya bisa lebih disesuaikan.
Perjuangan Lia untuk menjadi seorang atlet tidak selalu berjalan lancar. Ia mengaku pernah mendapatkan berbagai stigma dari keluarganya, bahkan pernah mendapatkan larangan untuk bertanding.
“Keluarga dari ayahku kan agak konservatif, ya, jadi kalau misalnya kita kumpul lagi lebaran dan bulan puasa gitu, pasti ada komentar, ‘ngapain sih cewek capek-capek latihan sehari dua kali, sehari tiga kali, apa sih yang mau dicari’, seakan kita mencari hal-hal duniawi sekali,” jelasnya.
Stigma lain yang sering didapatkan adalah anggapan bahwa kalau perempuan berhijab ikut suatu cabang olahraga dan menekuni jadi atlet biasanya tidak memiliki kemampuan yang mumpuni dan hanya ‘ikut-ikutan’.
Selain stigma, Lia pernah mendapatkan larangan berhijab ketika akan bertanding. Saat itu, ia diminta untuk melepas hijab, karena kalau pertandingan ke luar negeri menggunakan hijab dianggap akan dipersulit.
Namun, menurutnya hal ini tidak masuk akal, karena ketika mengikuti pertandingan sebelumnya tidak ada yang mempermasalahkan pemakaian hijab. Akhirnya, Lia memutuskan untuk tetap memakai hijabnya dan memilih untuk berlatih lebih keras lagi. Hal ini ia lakukan sebagai pembuktian bahwa dirinya tidak bisa diragukan, dicurangi, hanya karena kemampuan yang biasa-biasa saja.
“Alhamdulillah ada hikmahnya dengan terkena peristiwa seperti itu jadi saya semakin semangat malah latihannya makin keras lagi, makin berusaha mendapatkan prestasi lebih bagus lagi, supaya gak dijadikan alasan apapun itu,” ujar Lia.
Setelah tidak aktif dalam berbagai pertandingan lagi, kini Lia memiliki berbagai kesibukan lain, mulai dari mengelola bisnis keluarga berupa fitness center, merintis bisnis homestay dan villa bersama suaminya, menjadi pelatih taekwondo, dosen, dan influencer.
Selain itu, Lia juga sedang menempuh gelar doktornya di salah satu universitas di Yogyakarta. Menurutnya, pendidikan adalah sesuatu yang penting terutama bagi seorang perempuan.
“Pendidikan buat perempuan itu penting banget, kuliah penting banget, karena perempuan itu harus punya power juga jadi kita harus punya sesuatu yang bisa dijadikan pegangan istilahnya. Jadi kita punya suatu keahlian, walaupun nanti akhirnya perempuan itu jadi ibu dan istri, tapi pendidikan itu tetap penting,” kata Lia.
Menjalani berbagai kesibukan dalam hidupnya, Lia mengatakan bahwa semua tidak bisa dijalankan dengan seimbang. Namun, baginya yang terpenting adalah selalu berusaha melakukan yang terbaik versi dirinya dalam semua bidang, mulai dari pekerjaan, keluarga, hingga pendidikan.
Laporan | : | Cullank |
Editor | : | Ruslan Amrullah |