Senin, 21 Maret 2022 - 14:59 WIB
Artikel.news, Makassar -- Inilah alasan mengapa sayuran hijau tidak boleh dipanaskan lagi untuk dikonsumsi menurut dokter Samuel Oetoro, yang merupakan ahli gizi klinik.
Banyak orang yang sudah tahu tentang bahayanya mengonsumsi sayuran hijau yang sudah dipanaskan.
Tetapi tidak sedikt pula mengabaikan ini bahkan tidak tahu sama sekali. Ada dampak yang ditimbulkan akibat itu.
Dokter spesialis ahli gizi klinik, DR. dr. Samuel Oetoro MS SpGK menjelaskan alasan sekaligus bahayanya sayuran hijau dipanaskan lalu dikonsumsi. Terutama dampak pada kesehatan tubuh jangka panjang.
Sebagaimana diketahui bahwa selain menghemat uang, memanaskan makanan sisa memang lebih menghemat waktu dan biaya daripada memasak kembali makanan yang baru.
Ternyata, kebiasaan ini berbahaya bagi kesehatan. Beberapa jenis makanan bisa menghasilkan zat beracun saat dipanaskan ulang.
Tentunya, hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan. Termasuk memanaskan sayuran hijau.
Samuel menganjurkan bahwa sebaiknya sayuran hijau dimasak satu kali saja.
"Sebaiknya cukup dimasak satu kali tidak perlu dipanaskan," ujarnya, dilansir dari Bangkapos.com, Senin (21/3/2022).
"Karena begini, bahan makanan jangankan dimasak atau dipanaskan, baru dipotong saja sudah ada zat gizi yang terbuang," sambungnya.
Termasuk sayuran hijau itu jika dipanaskan lalu dikonsumsi dan efek jangka panjang dapat menyebabkan kanker.
"Sayuran hijau mengandung zat mengandung nitrat kalau dipanaskan menimbulkan zat yang akan memicu kanker dikemudian hari," ungkapnya.
Dia menyarankan jangan pernah dan kalau bisa sayuran itu dimasak satu kali.
"Dimasak atau ditumis aja sekali, jangan dipanasin," sarannya.
Termasuk sayuran yang kering-kering juga tidak dianjurkan.
"Sama juga karena ini sumber karbohidrat tetapi karena dipanaskan maka karbohidrat menjadi rusak," sebutnya.
Sementara karbohidrat sendiri sebagai untuk menambah tenaga atau energi. Tetapi karena dipanaskan maka akan berkurang manfaatnya.
Simak video selengkapnya di sini
Benarkah Makanan Tinggi Kandungan Protein Sulit untuk Dicerna, Berikut Penjelasan dr Samuel Oetoro
Makanan tinggi kandungan protein sulit untuk dicerna, dr Samuel Oetoro berikan penjelasan.
Makanan yang tinggi kandungan protein memang sangat baik untuk tubuh manusia.
Ada banyak makanan yang memiliki tinggi protein.
Beberapa di antaranya adalah daging sapi tanpa lemak, daging ayam, ikan dan makanan laut.
Selain itu telur juga termasuk, olahan susu dan kacang-kacangan.
Lalu benarkah bila makanan protein yang tinggi justru lebih sulit dicerna.
Berikut penjelasan Dokter spesialis ahli gizi, DR. dr. Samuel Oetoro MS SpGK.
Hal itu dia beberkan dalam kanal YouTube VDVC health diunggah pada 22 April 2020 lalu.
"Kalau pertanyaannya sulit untuk dicerna itu fakta. Tetapi apakah akan mengangu pecernaan itu tidak," terangnya dalam video tersebut.
Sebab menurutnya ada urutan yang ada di lambung, urutan paling cepat adalah karbohidrat memakan waktu 1 sampai 2 jam.
Sementara protein 3 sampai 4 jam dicerna.
Namun sebenarnya yang paling sulit dicerna menurut dr Samuel Oetoro adalah lemak.
"Paling terakhir dan sulit dicerna itu lemak," sebutnya.
Dia mengatakan bahwa jika Anda mengonsumsi makanan yang tinggi protein dan lemak justru akan kenyang lebih lama.
Namun, lanjut dr Samuel menyebutkan bahwa proses itu tidak menganggu perncernaan.
"Proses pencernaan di lambungnya lebih lama sehingga tahap pencernaan mekanik atau pengerusan dinding lambung.
Tetapi kalau dia turun ke usus akan sama semua karena ada enzim yang berfungsi untuk karbohidrat, protein dan lemak," jelasnya.
Sekali lagi dr Samuel menegaskan bahwa pecernaan lebih lama tetapi tidak sulit.
"Memang proses pencernaannya lebih lama, tetapi bukan berarti lebih sulit," tegas dr Samuel Oetoro.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |