Ahad, 01 Januari 2023 - 18:29 WIB
Salah satu gerai toko es krim Mixue.(Foto: instagram.com/mixueciwalk_)
Artikel.news, Jakarta - Beberapa hari terakhir, Mixue, toko es krim dan minuman teh asal China, jadi perbincangan di media sosial.
Hingga Jumat (30/12/2022), Mixue masih trending di Twitter. Mixue jadi perbincangan lantaran gerainya mulai menjamur di mana-mana. Bahkan di Twitter, netizen melemparkan candaan.
Dilansir dari Kompas.com, Ahad (1/1/2022), Mixue pertama kali masuk ke Indonesia pada 2020.
Kini dilaporkan sudah ada lebih dari 300-an gerai Mixue tersebar di seluruh Indonesia.
Penetrasi Mixue bahkan lebih cepat dari McDonalds yang masuk ke Indonesia pada 1991 dan baru memiliki 227 gerai hingga 2020.
Warganet menyebut, hampir di setiap sudut kota hingga kabupaten terdapat gerai minuman Mixue.
Mixue juga masuk dalam daftar 7 franchise dengan gerai terbanyak di dunia bersaing dengan KFC, Starbucks dan McDonald's.
Dirintis sejak 1997 oleh Zhang Hongchao saat masih mahasiswa, kini gerai Mixue telah mencapai 21.582 pada Oktober 2022 menurut Telowdown Momentum.
Saat itu, Hongchao bekerja paruh waktu di toko minuman dingin yang menjual es serut.
Dia lalu menemukan peluang bisnis dan memutuskan untuk memulai bisnisnya sendiri pada 1999.
Dalam memulai bisnisnya, Zhang mendapat pinjaman uang neneknya sebesar 4.000 yuan atau sekitar Rp9 juta.
Mulanya, bisnis pertama Zhang itu diberi nama "Cold stream shaved ice".
Dengan keterbatasan modal yang ada, toko pertama Hongchao itu hanya memiliki sebuah lemari es, beberapa bangku, dan meja lipat.
Bahkan mesin es serut pertamanya merupakan hasil rakitannya sendiri.
Saat itu, "Cold stream shaved ice" menjual tiga produk utama, yaitu es serut, es krim, dan smoothie.
Terakhir, Hongchao berinovasi untuk menjual teh susu.
Bisnis pertamanya ini ia bisa mendapat penghasilan lebih dari 100 yuan sehari atau sekitar Rp 200.000 per hari.
Zhang membuat perhitungan berdasarkan biaya bahan dan pembuatan lalu menetapkan harga es krim sebesar 2 yuan atau sekitar Rp4.000.
Harga itu jauh lebih murah dibandingkan dengan toko lain yang saat itu menjual sekitar 10 yuan atau Rp10.000.
Hal tersebut membuat bisnis Hongchao mampu menjangkau berbagai kalangan, baik menengah ke bawah hingga ke atas.
Tak heran, tokonya diserbu oleh antrean konsumen yang amat panjang.
Keuntungan yang pesat di 2006 membuat Hongchao membuka hak franchise atau waralaba Mixue.
Hasilnya, lusinan toko Mixue mulai menjamur di Provinsi Henan.
Pada 2008, Mixue resmi memiliki toko waralaba hingga lebih dari 180 gerai.
Di tahun-tahun berikutnya, Mixue melebarkan sayap dengan mendirikan perusahaan untuk menyokong bisnis utamanya itu yaitu:
Tak hanya sukses di pasar lokal, waralaba Mixue mampu merambah pasar luar negeri.
Bisnis ini terus berkembang dan berekspansi ke negara-negara lain, seperti Vietnam hingga Indonesia.
Pada 2019, jumlah toko Mixue Bingcheng melebihi 7.000.
Angka itu terus berkembang hingga Juni 2020 di mana cabang toko ini mencapai lebih dari 10.000.
Per 1 Oktober 2021, jumlah toko Mixue Bingcheng telah melampaui 20 ribu, jauh melebihi jumlah toko perusahaan sejenisnya.
Ekspansi bisnis selama 24 tahun ini membuat Hongchao meraup untung yang tidak sedikit.
Pada Januari 2021, Mixue Bingcheng menerima pembiayaan 2 miliar yuan yang dipimpin oleh Hillhouse Capital Group dan Meituan Longzhu.
Kini perusahaan yang berawal dari modal nenek Rp9 juta kini nilainya lebih dari20 miliar yuan atau sekitar Rp40 triliun.
Laporan | : | Fadli |
Editor | : | Ruslan Amrullah |