Sabtu, 11 November 2023 - 21:10 WIB
Tokoh dan mantan birokrat di Pemerintah Kota Parepare, Amran angkat bicara terkait adanya tudingan yang menyebut Pj Wali Kota Parepare, Akbar Ali menciptakan kegaduhan khususnya dengan pengangkatan Iwan Asaad menjadi Staf Khusus.
Artikel.news, Parepare -- Tokoh dan mantan birokrat di Pemerintah Kota Parepare, Amran angkat bicara terkait adanya tudingan yang menyebut Pj Wali Kota Parepare, Akbar Ali menciptakan kegaduhan khususnya dengan pengangkatan Iwan Asaad menjadi Staf Khusus.
Amran yang juga Ketua Jaringan Masyarakat Pemerhati Parepare sekaligus Ketua Dewan Penasihat Lembaga Pengawas Kebijakan Pemerintah dan Keadilan (LP-KPK) Komisariat Cabang Parepare justru balik mempertanyakan di mana kegaduhannya.
"Kekhawatiran kegaduhan yang dimaksud adalah sebuah opini sengaja dihembuskan untuk mempengaruhi akal sehat secara subjektif agar kepala daerah dukungan yang dimaksud tetap bertengger sebagai kepala daerah tanpa tandingan," kata Amran yang dihubungi Sabtu (11/11/2023).
Jika Pj Wali Kota dianggap menciptakan gaduh karena menunjuk Iwan Asaad jadi Staf Khusus, Amran justru menilai, kebijakan Pj Wali Kota itu sudah tepat. Karena semua pemimpin yang ingin sukses tentu memilih staf yang dianggap mampu bekerja sama. Dan tidak semua orang yang dianggap minim juga dianggap minim bagi orang lain. Namun mungkin sebaliknya dianggap sangat berkapasitas bagi pemimpin lainnya.
"Ini seharusnya dipahami. Gaya kepemimpinan seseorang sering berbeda. Demikian juga masyarakat tidak semua kepala daerah dapat berhasil pada daerah atau masyarakat yang memiliki karakter dan kultur berbeda," ingat Amran.
Iwan Asaad, mantan Sekda Parepare adalah birokrat yang teruji melalui seleksi terbuka (Selter) serta memiliki pengalaman karier berjenjang sebagai birokrat.
"Artinya Pak Iwan juga digunakan oleh Wali Kota lalu, mengapa saat Pj Wali Kota memanfaatkan dianggap membuat gaduh. Jadi saya berharap agar yang menganggap gaduh tidak melihat masyarakat Parepare bodoh-bodoh amat," imbuh Amran.
Sementara jika dinilai Staf Khusus itu tidak memiliki nomenklatur, Amran justru menekankan bahwa bisa dibuatkan nomenklatur.
"Apa bedanya pemerintahan sebelumnya yang memiliki tenaga ahli, konsultan hingga penasihat hukum. Jadi pernyataan itu ibarat jeruk makan jeruk," tegas Amran.
Amran mengemukakan, sebaiknya Pj Wali Kota didukung untuk berimprovisasi yang dianggap baik untuk organisasi dan baik untuk masyarakat dalam menjalankan pemerintahan. Karena dia memberikan kebebasan bagi ASN untuk berekspresi dan berkreasi dalam bekerja. Tidak ada lagi tekanan dalam bekerja karena tendensi kewenangan dan kekuasaan.
Amran yang selama ini mengasingkan diri di sebuah lembah merasa kaget dan sangat aneh baru kali ini selama hidupnya mendengar ada perpisahan bahagia dari masyarakat terhadap kepala daerahnya, dan ini tidak lazim. Itu membuat dirinya turun memperjelas kira kira dosa apa yang dibuat oleh Wali Kota yang dimaksud semasa menjabat.
"Tidak bisa dipungkiri keberhasilan pemerintahan sebelumnya secara fisik memang cukup mencengangkan namun dari dimensi lain banyak hal yang masih perlu dipertanyakan. Dalam teori kepemimpinan karakter dan gaya kepemimpinan terkadang memiliki kekurangan," ungkapnya.
Misalnya, kata dia, bagaimana gaya memanusiakan bawahan. Ada yang sulit berterima kasih secara ikhlas kepada bawahan dan ada sulit meminta maaf seakan menjadi sumber kebenaran.
"Sementara nurani terkadang berontak dan berkata kami cinta pekerjaan, kami cinta jabatan, namun kami lebih cinta harga diri. Suatu pertanyaan yang mengusik benak saya mengapa beberapa personel yang ditawari jabatan kadis, kepala badan menolak dipromosi dengan bahasa sangat santun bahkan ada yang baru menjabat mundur. Yang mengherankan juga beberapa OPD yang pejabatnya belum definitif dibuka peluang untuk selter secara apik dan terorganisir ternyata hasilnya peringkat 1, 2 dan 3 tidak dipromosikan," ungkit Amran.
Bahkan, kata dia, ada ASN yang telah lulus selter kembali mengikuti selter berikutnya. Sepertinya selter yang dilakukan tak mengacu pada rencana strategik dan kebutuhan.
"Padahal esensi sebuah kepemimpinan kuat di mana di dalamnya orang-orang rela bekerja tanpa harus diperintah. Di samping itu seorang pemimpin sejati tidak pernah bermimpi untuk menjadikan keluarga berkuasa tetapi hanya bermimpi bagaimana mengubah dunia," tandas Amran.
Laporan | : | Wahyu |
Editor | : | Ruslan Amrullah |