Selasa, 17 Mei 2022 - 10:25 WIB
Artikel.news, Jeneponto - Ratusan massa dari kampung Karapang Pa'ja, Desa Borong Tala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, merusak salah satu rumah warga.
Rumah yang dirusak oleh massa adalah milik Ente (43) warga BTN Sammolo, Kecamatan Binamu, pada Senin (16/5/2022) sekitar pukul 8.45 Wita.
Ente merupakan seorang dukun yang mempunyai kelebihan spiritual dalam mengobati orang yang sakit. Kepada wartawan, Ente menceritakan ihwal kejadian tersebut.
Pada Minggu (15/5/2022), rumah Ente didatangi enam orang dengan maksud membawa orang berobat.
Belum masuk ke dalam rumah, salah satu pasien tiba-tiba muntah darah. Ente kemudian menyuruh beberapa orang itu agar membawa masuk pasien.
Salah satu dari mereka, masuk ke dapur rumah untuk mengambil air sembari memberi air minum kepada pasien. Tak berselang lama, pasien itu meninggal dunia.
"Pas di teras rumah, langsung muntah darah. Disitu mi langsung meninggal. Jadi saya bilang meninggal mi ini, jadi saya langsung bawah masuk karena saya juga tidak tega di luar saya simpan. Belum saya apa-apain," kata Ente saat ditemui di rumah sakit.
Keesokan harinya Senin (16/5/2022), pihak keluarga pasien menuduh Ente bahwa korban yang meninggal dunia tersebut adalah tumbal. Padahal, Ente mengaku tak pernah membuatkan air obat.
"Dan akhirnya katanya tadi, mamanya meninggal. Meninggal mi itu saya mi na bilangi jadikan tumbal. Buktinya dimana?. Karena biar air saya tidak bikinkan," jelasnya.
Tak hanya itu, Ente mengaku bahwa pasien tersebut baru kali pertama berobat. Bahkan, pasien yang meninggal itu ingin sekali diobati.
"Tidak ji baru itu, tapi di luar muntah darah baru meninggal," katanya.
Bahkan, ketika pasien itu hendak meninggal dunia, pihak keluarga pun turut menyaksikan.
"Tidak, istrinya sendiri yang ambilkan di dalam tempat air. Lari keluar dia kasih minumkan begitu. Ada memang keluarganya yang bawah satu mobil, dia lihat istrinya anaknya. Tidak ada, saya tidak apa-apain," ucapnya.
Ente mengaku pasca pasien tersebut meninggal, pihak keluarga pun berterima kasih karena sudah menolong korban. Bahkan, darah yang berceceran di halaman rumah di bersihkan.
"Baik-baik ji, bahkan dia berterimakasih karena kita rawat orang tua ku. Untungka disini ji di rumah ta meninggal. Apalagi kalau di jalan meninggal. Dia sempat minta sarung saya tolong, darahnya saya cuci di rumah, masih ada baskom nya di rumah," pintanya.
Ia mengaku tak menyangka jika dirinya akan di massa. Karena, waktu itu dia bersama anaknya yang masih kecil sedang duduk-duduk di halaman rumah.
Saat massa masuk ke dalam rumah, Ente langsung berdiri di samping pintu keluar sambil memeluk anaknya yang kecil.
Ia tak lari karena massa sudah mengepung rumahnya. Ia yang berdiam diri sambil mengucapkan kalimat 'Allahuakbar'.
"Langsung menyerang tanpa ada sekata pun. Dia lewat belakang, samping dan depan. Pokoknya itu rumah dia kelilingi," katanya.
Salah satu massa ada membawa pistol masuk ke dalam rumah sambil mengatakan jika dirinya akan mengamuk. Namun, saat pria itu hendak menarik pistol, Ente langsung menahan dan mengajaknya berdiskusi.
"Saya mau tembak kau, tapi saya bilang jangan. Saya tahan tangannya. Saya rela mati kalau memang saya bersalah," kata Ente.
Tak sampai disitu, massa yang sudah naik pitam, langsung mengayunkan parang kearahnya dan melukainya.
"Lailahaillallah, sempat saya dipotong saya bilang, Allahuakbar. Untung anak ku itu yang kecil bilang, sebutki mak Allahuakbar langsung na kenna tanganku," kata dia.
Mengetahui ibunya sudah mati akibat di massa, sang anak bernama Idul (21) langsung beranjak ke rumah untuk memastikan kondisi sang ibu.
Namun naas, belum melihat sang ibu, massa justru melukainya menggunakan parang hingga dilempari batu.
"Banyak lukanya anak ku, tangannya kena parang, pundak juga memar-memar karena dilempari batu," pungkasnya.
Laporan | : | Supriadi |
Editor | : | Ruslan Amrullah |