Jumat, 24 September 2021 - 20:34 WIB
Tim Puriskoka Unasman saat berada di Desa Salubalo, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Kamis (23/9/2021).
Artikel.news, Mamasa - Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman) Sulawesi Barat melalui Pusat Riset dan Inkubasi Kopi Kakao (Puriskoka-Unasman) menjajaki kemungkinan kerja sama pengembangan kopi dengan UMKM dan Kelompok Tani Kopi di Kabupaten Mamasa.
Penjajakan kerjasama dilakukan dengan mengunjungi beberapa kelompok UMKM dan Kelompok Tani di berbagai tempat di Mamasa pada hari Kamis (23/9/2021).
Kelompok pertama yang dikunjungi adalah Kelompok Tani di Desa Kariango Kecamatan Tawalian dan Kelompok Tani Perhutanan Sosial Bina Lestari di Desa Salubalo, Kecamatan Sumarorong. Kunjungan di Sumarorong dipandu oleh Palalunan Buntuborrong yang merupakan penyuluh kehutanan di Kecamatan Sumarorong.
Kunjungan penjajakan dipimpin langsung Direktur Puriskoka Unasman Harli A. Karim. Ikut pula dalam rombongan Ketua Program Agribisnis Unasman Nurhayah Kusmiah, Sekretaris LPPM Unasman Febrianti dan Direktur Ritma Green Aqdar Maskur.
Penjajakan dilakukan dengan cara wawancara dengan pelaku UMKM kopi dan mengunjungi pertanaman kopi milik petani.
Menurut Harli A. Karim, pendampingan UMKM dan Kelompok Tani Kopi di Kabupaten Mamasa masih sangat diperlukan. Animo petani untuk kembali menekuni pertanaman kopi sangat tinggi.
Di Desa Kariango, Kecamatan Tawalian, Mamasa.
"Namun demikian, petani sebagai produsen di hulu justru terkadang mendapat manfaat yang lebih sedikit. Kopi milik petani dihargai jauh lebih rendah dibandingkan harga yang seharusnya mereka terima. Kesejahteraan petani kopi juga masih memprihatinkan," ujarnya, melalui rilis, Jumat (24/9/2021).
Padahal, menurut Ketua Peragi dan Gerbang Tani Sulbar, ini, seharusnya harga di tingkat petani bisa lebih tinggi jika merujuk permintaan kopi dalam dan luar negeri semakin tinggi.
Harli mencontohkan, harga segelas kopi di cafe-cafe bisa mencapai puluhan ribu rupiah per gelas. Padahal, segelas kopi di cafe-cafe hanya membutuhkan beberapa gram biji kopi. Sedangkan di tingkat petani biji kopi milik petani hanya dihargai Rp10.000–Rp15.000 per liter.
Kesenjangan harga ini seharusnya dipikirkan oleh semua pihak. Rantai pasok harus lebih pendek. Petani kopi menurut Harli seharusnya diberi akses langsung ke pasar-pasar modern," kata Harli.
Apalagi, tambah Harli, kopi Mamasa memiliki cita rasa yang khas dan unggul. Keunggulan cita rasa ini seharusnya dihargai lebih baik.
Kunjungan ke Kabupaten Mamasa diakhiri di Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Mamasa Tengah dan Perusahaan Kopi PT. Olam Indonesia di Kecamatan Sumarorong.
Laporan | : | Faisal |
Editor | : | Ruslan Amrullah |