Jumat, 17 Juni 2022 - 21:47 WIB
Artikel.news, Makassar - Kisah pilu dialami seorang wanita muda yang telah memiliki 4 orang anak.
Bagaimana tidak, dirinya terpaksa menjajakan diri menjadi pekerja seks komersil (PSK), lantaran terlilit utang yang jumlahnya mencapai puluhan juta rupiah.
Parahnya lagi, sang suami malah memberikan dukungan kepada Ayu (nama samaran) untuk melakoni profesi sebagai PSK tersebut.
Ayu menceritakan bahwa sejak kecil ayahnya telah meninggal dunia, sementara ibunya memutuskan untuk menikah lagi.
Kehidupan keluarganya pun berantakan setelah ibunya pergi merantau menjadi TKW di Taiwan.
Ayu yang kini berusia 26 tahun menikah muda dengan suami pertama dan dikaruniai 1 anak. Lalu menikah kembali dengan suami kedua pada tahun 2017 dan dikarunia 3 anak. Jadi, total anaknya ada 4 orang.
Sebelumnya, Ayu dan suaminya pernah merantau ke Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT)m selama 13 tahun dan bekerja menjadi tukang servis sofa.
Selama di Kupang, usaha yang ia geluti bersama sang suami terbilang lancar dan hasil usahanya bisa menghidupi kebutuhan keluarganya selama 13 tahun.
"Alhamdulillah waktu saya di Kupang usaha suami lancar, namun setelah wilayah Kupang NTT dilanda bencana tsunami, usaha saya pun hancur terhantam Tsunami," ujar Ayu kepada wartawan di satu warung di Pangandaran, Jawa Barat, yang dilansir dari Tribuntrends.com, Jumat (17/6/2022).
Kemudian Ayu dan suaminya akhirnya memutuskan pulang ke tempat orangtua Ani di daerah Jawa Tengah.
Selama tinggal di kampung halamannya, sang suami tidak bisa bekerja alias jadi pengangguran. Karena menurut Ayu, sang suami tidak punya keahlian selain jadi tukang servis sofa.
Sementara, sang suami bukan warga setempat melainkan warga Jawa Timur.
"Suami saya tidak bekerja (nganggur) selama setahun, karena tidak punya kenalan di sini dan suami saya tidak punya keahlian lain selain servis sofa," ungkapnya.
Untuk modal usaha, akhirnya Ayu terpaksa meminjam sejumlah uang kepada beberapa orang rentenir dengan total nominal Rp42 juta.
"Saya meminjam uang untuk modal usaha ke 6 orang, ke rentenir dengan jumlah puluhan juta rupiah untuk buka usaha servis sofa dan sisanya untuk saya jualan sayur keliling," katanya.
"Tapi, usaha yang saya jalani tidak berjalan mulus. Usaha suami sepi tidak ada pelanggan dan saya menjual sayur keliling pun tidak laku hingga banyak sayuran sering busuk," sambungnya.
Sementara setiap hari para penagih hutang terus berdatangan. Ayu pun bingung cara membayarnya karena usaha yang dijalaninya bersama suami bangkrut total.
Tidak sedikit, para penagih hutang atau rentenir datang dan memaki-maki Ayu dengan bahasa kotor karena tidak bisa membayar hutang.
"Saya dimaki-maki sama rentenir dengan kata-kata kasar dan sering diancam," ucapnya.
Ayu pun merasa kebingungan, sementara suami tidak mau bertanggungjawab atas hutangnya, semua tagihan diserahkan kepada Ani sendirian.
Ani merasa lelah dengan semua nasib yang dijalani lalu dia mencoba memberanikan diri untuk menjadi wanita penghibur di warung remang-remang yang di wilayah Pangandaran.
Namun sebelumnya, dia telah meminta izin kepada suaminya untuk menjadi wanita penghibur dengan catatan hutangnya bisa lunas.
"Silahkan kamu cari duit buat lunasin hutang, mau jadi PSK juga ya gak apa-apa yang penting hutangnya lunas dan setelah hutang lunas kamu boleh kembali lagi," ucap Ayu meniru ucapan suaminya.
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya, Ayu merasa sakit hati karena suaminya tega mengizinkan istrinya menjadi wanita penghibur.
"Mana ada suami orang lain yang tega melihat istrinya dengan laki-laki lain, tapi suamiku malah mengizinkan aku menjual diri demi membayar hutangnya," ucapnya sambil meneteskan air mata.
Padahal, uang yang dipinjam dipakai buat suami buka usaha servis sofa dan dibantu dengan berjualan sayur keliling agar bisa mencukupi kehidupan sehari-hari.
"Bukanya mengusahakan istri justru suami bilang kepada rentenir, masalah hutang itu tanggung jawab istri. Jadi, kalau tidak bisa bayar hutang terserah mau di penjarakan atau apa juga saya tidak peduli," kata Ayu menirukan ucapan suaminya sambil menangis.
Laporan | : | Faisal |
Editor | : | Ruslan Amrullah |