Selasa, 12 April 2022 - 21:19 WIB
Artikel.news, Makassar -- Jajaran Kepolisian Daerah Sulsel menangkap sejumlah perusuh dalam unjuk rasa ricuh tolak penundaan pemilu di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Para perusuh itu ditangkap setelah pihak kepolisian melakukan penyelidikan dan meringkus masing-masing pelaku di tempat yang berbeda pada Senin (11/4/2022) malam.
Kapolda Sulsel, Irjen Pol Nana Sudjana yang dikofirmasi membenarkan perihal penangkapan itu. Dia mengatakan bahwa kericuhan demo 11 April di Makassar disusupi. Akibatnya, sejumlah orang pun telah diamankaan.
“Jadi demo ini murni bukan lagi mahasiswa karena menjelang akhir buka puasa ada beberapa kelompok yang juga melakukan aksi tapi saya melihat itu bukan dari kelompok mahasiswa, dan sudah anarkis,” kata Nana saat dimintai konfirmasi Selasa (12/4/2022).
Nana menjelaskan, mulanya aksi dari sekitar lebih 2.000 mahasiswa dari berbagai aliansi sejumlah titik di sekitar DPRD Sulsel berlangsung damai.
Namun kericuhan pun sontak terjadi sesaat setelah sejumlah anggota DPRD Sulsel menemui massa aksi. Kericuhan itu bermula saat adanya massa aksi yang menyusup melakukan pelemparan.
“Awalnya berjalan baik kami pun telah berkoordinasi dari pihak DPRD untuk kami mediasi dan sudah diterima dengan baik, namun jelang beberapa saat setelah itu ada salah satu kelompok yang kami duga bukan mahasiswa membuat kegaduhan dengan melempar ke gedung DPRD," ungkapnya.
Karena sudah rusuh, kata Nana, pihak kepolisian pun terpaksa harus memukul mundur massa aksi hingga mereka membubarkan diri. Meski awalnya sudah diperingatkan tapi tetap saja berulah.
“Mereka ini sudah kita peringatkan untuk menghentikan pelemparan, karena akan merusak. Apalagi kantor pemerintah untuk masyarakat juga tapi imbauan itu tak digubriks,” katanya
Saat sedang rusuh, lanjut Nana, Barikade polisi pun dibentuk dan memukul mundur massa aksi. Mereka dipukul mundur ke dua arah berbeda, yakni Jl AP Pettarani dan Jl Urip Sumoharjo.
Aparat polisi pun kemudian berulang kali meminta para demonstran untuk bubar sambil menembakkan gas air mata.
Para demonstran yang sudah tak terkendali akhirnya mulai emosi dan melempar batu ke arah barikade polisi.
Jenderal bintang dua ini mengaku, saat pelemparan itu terjadi, pihaknya sempat menahan anggota untuk tidak membalas tembakan. Tetapi karena membahayakan akhirnya pihak kepolisian sesekali melepaskan tembakan gas air mata ke demonstran.
“Kita sudah peringatkan menghentikan pelemparan karena akan merusak apalagi DPRD ini juga merupakan kantor bersama pemerintah dan masyarakat,” ungkap Nana.
“Tapi tidak digubris maka mau tidak mau kami melakukan pendorongan tetapi kita tetap menyampaikan persuasif agar tidak melakukan pelemparan akan tetapi tidak digubris lagi maka kami mengeluarkan tembakan gas air mata sebagai peringatan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, mantan Kapolda Metro Jaya ini pun menyebut bahwa dalam aksi unjuk rasa di kota Makassar pihaknya telah menangkap sepuluh pemuda yang disinyalir sebagai perusuh dalam aksi tersebut.
“Ada sekitar 10 orang ditahan dan masih kita terus lakukan identifikasi,” katanya.
Sementara menurut Nana, jumlah mahasiswa yang malakukan unjuk rasa kata dia ditaksir mencapai 2.000 orang lebih. Sehingga selebihnya itu diduga merupakan penyusup yang merusak aksi unjuk rasa tersebut.
“Tadi mahasiswa kurang lebih 2.000 mahasiswa dan kemudian penyusup-penyusup itu yang kami tidak duga awalnya,” terang Irjen Nana.
Laporan | : | Supriadi |
Editor | : | Ruslan Amrullah |