Selasa, 07 September 2021 - 17:42 WIB
Artikel.news, Jakarta - Nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, disebut-sebut memiliki kans yang besar untuk bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024 mendatang.
Namanya pun masuk dalam sejumlah survei, dan hasilnya cukup untuk membuat Sandiaga diperhitungkan ddalam perebutan kursi RI 01 ataupun 02.
Uniknya, baliho Sandiaga belum terlihat sama sekali. Padahal, sejumlah figur yang berminat bertarung di pilpres sudah memasang baliho hingga ke pelosok-pelosok kampung demi mendapatkan atau meningkatkan popularitas.
Pada Sabtu (4/9/2021) akhir pekan lalu, sejumlah pengamat politik pun membahas ihwal Sandiaga Uno yang tak menerapkan strategi tersebut.
Pembahasan tersebut bertajuk 'Mengapa Sandiaga S Uno Tidak Ada di Baliho?'. Diskusi digelar secara daring oleh Parwa Institute.
Salah satu narasumber yang merupakan pengamat politik, Hadi Suprapto mengatakan, strategi pemasangan baliho sudah tidak tepat bagi seorang Sandiaga. Sebab menurutnya, Sandiaga sudah sadar bahwa posisi eksistingnya sudah kuat.
"Dia itu pemain lama, terutama sempat menjabat sebagai Wakil Gubernur di DKI Jakarta, lalu maju Pilpres 2019 dan kini menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di kabinet. Dia sudah sadar bahwa posisi eksistingnya sudah kuat," ujar Hadi, dilansir dari Viva.co.id, Selasa (7/9/20210.
Lebih lanjut, Hadi menilai peluang Sandiaga untuk maju ke Pilpres 2024 cukup terbuka lebar. Terlebih, karena kesukaan rakyat terhadap sosoknya yang paling tinggi di semua survei.
Bahkan menurut perkiraannya, jika Prabowo tidak ikut dalam kontestasi tersebut maka Partai Gerindra Bisa saja amendorong Sandiaga sebagai Capres 2024.
"Apalagi kalau Prabowo tidak ikut, maka Gerindra akan dorong Sandiaga Uno. Karena dia yang paling potensial dan termasuk pemain lama muda energik, santun serta disukai emak emak," jelas Hadi.
Hadi menyampaikan, baliho bukanlah alat nomor satu untuk menaikkan popularitas. Menurut dia, baliho dianggap kurang efektif di desa-desa.
"Baliho bukan alat nomor satu untuk menaikkan popularitas. Apalagi baliho kurang efektif, karena cuma bisa efektif di wilayah strategis seperti pusat kota. Sedangkan untuk desa-desa belum tentu efektif," kata Hadi.
Dalam kesempatan sama, Direktur Eksekutif Parwa Institute, Justrianto juga menanggapi ihwal strategi Sandiaga yang tak menggunakan baliho sebagai alat menaikkan popularitas. Justrianto menyebut Sandiaga sedang memaksimalkan jabatan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Menparekraf.
"Saya melihat Sandi hari ini mencoba untuk bagaimana memaksimalkan dirinya menjalankan tugas dan tanggungjawabnya," tutur Justrianto.
Dia menambahkan, Sandiaga masih berada di posisi ketiga secara ektabilitas dengan jumlah 13,5 persen. Sedangkan, di Cartapolitika, survei pada 8 Agustus, posisi Sandiaga berada di urutan keempat dengan 7,7 persen.
"Terkait tokoh-tokoh yang tidak melakukan start awal meningkatkan elektabilitas atau popularitas, perlu kita apresiasi. Karena tahun ini belum lah tahun politik. Kita tahu Bung Sandi masih tetap berada di lima survei ektabilitas lembaga survei," katanya.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |