Jumat, 04 Oktober 2024 - 09:09 WIB
Parman Parid
Oleh: Dr. Parman Parid, MM.
Dosen Prodi Manajemen UMPAR
Dalam perhelatan Pilkada Parepare tahun 2024 ada hal yang menarik. Muncul tren baru di mana calon pasangan wali kota muda semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat. Salah satu pendekatan yang digunakan oleh pasangan calon muda ini adalah blusukan, strategi kunjungan langsung ke masyarakat yang kerap diasosiasikan dengan pendekatan kepemimpinan yang merakyat dan responsif.
Pasangan wali kota muda kerap dianggap memiliki energi lebih untuk turun langsung ke masyarakat, menelusuri permasalahan dari akar rumput, serta membawa inovasi dan ide-ide segar.
Blusukan menjadi strategi unggulan yang tidak hanya memperlihatkan kehadiran fisik calon di tengah masyarakat, tetapi juga menunjukkan komitmen mereka untuk mendengarkan aspirasi warga secara langsung.
Calon pasangan wali kota muda memiliki keuntungan dari segi energi dan adaptabilitas terhadap dinamika sosial yang cepat berubah.
Melalui blusukan, mereka dapat memperkuat citra sebagai pemimpin yang sigap dan selalu siap mengajak untuk mengikutsertakan atau memahami sudut pandang orang lain (inklusif), yaitu pemimpin yang tidak hanya mendengarkan laporan di balik meja, tetapi juga secara aktif terlibat dan hadir di tengah masyarakat untuk memahami langsung persoalan-persoalan yang dihadapi.
Ketika pasangan wali kota muda melakukan blusukan ke pasar, pemukiman padat penduduk, atau fasilitas publik, mereka memperlihatkan pendekatan yang mudah diakses oleh masyarakat luas.
Pendekatan ini memberikan kesan bahwa mereka adalah pemimpin yang tidak menjaga jarak, melainkan yang siap bekerja sama dengan berbagai kalangan untuk menciptakan perubahan.
Berbeda dengan calon-calon yang lebih senior, pasangan wali kota muda seringkali menggabungkan blusukan dengan inovasi digital. Mereka tidak hanya melakukan kunjungan fisik, tetapi juga memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram, YouTube, FB dan TikTok untuk menyiarkan kegiatan blusukan mereka secara langsung kepada khalayak yang lebih luas.
Dengan cara ini, mereka tidak hanya berinteraksi dengan masyarakat yang ditemui secara langsung, tetapi juga menjangkau kelompok-kelompok masyarakat yang mungkin tidak dapat ditemui dalam blusukan fisik. Inovasi ini memperkuat pesan bahwa pasangan calon muda adalah generasi pemimpin yang melek teknologi dan mampu memanfaatkan era digital untuk menyebarkan visi serta program-program mereka secara lebih luas dan cepat.
Pasangan wali kota muda sering kali membawa semangat perubahan yang lebih dinamis. Mereka tidak hanya mengunjungi masyarakat untuk mendengar keluhan, tetapi juga kerap membawa solusi yang lebih kreatif dan segar. Misalnya, dalam blusukan ke area-area yang kekurangan infrastruktur, mereka bisa langsung merekam di daerah-daerah mana saja yang perlu penanganan yang cepat termasuk dengan berinteraksi dengan masyarakat yang kurang beruntung bisa menjadi perioritas tanpa menunggu aparatnya setelah mereka terpilih.
Dalam kunjungan ke pasar-pasar tradisional, mereka memperkenalkan program bagi UMKM untuk meningkatkan daya saing di era ekonomi digital.
Blusukan yang dilakukan oleh pasangan calon muda kerap memiliki nuansa dialogis yang lebih intens, di mana interaksi dengan masyarakat berlangsung dengan lebih terbuka. Ini sejalan dengan karakteristik pemimpin muda yang biasanya lebih mudah diajak berinteraksi fleksibel dan dekat dengan akar rumput.
Selain itu, mereka juga sering menunjukkan keinginan kuat untuk melibatkan generasi muda dalam proses pembangunan melalui program-program yang inovatif dan berorientasi pada teknologi, sehingga tidak salah slogan yang sering terdengar “pemilih muda kenapa pilih yang lain kalau ada calon yang lebih muda dan energik”.
Meskipun blusukan memberikan banyak manfaat, pasangan walikota muda juga menghadapi tantangan tersendiri, menurut refrensi yang penulis baca. Salah satu tantangan terbesar adalah manajemen ekspektasi masyarakat. Kerap kali, masyarakat mengharapkan solusi instan setelah kunjungan calon pemimpin mereka. Di sinilah pentingnya pasangan walikota muda untuk tidak hanya mendengarkan, tetapi juga menyusun program dan strategi jangka panjang yang realistis dan bisa diimplementasikan.
Selain itu, pasangan calon muda harus bisa menjaga blusukan tetap otentik dan bukan sekadar pencitraan. Jika masyarakat melihat blusukan hanya sebagai kegiatan kampanye tanpa hasil nyata, ini bisa merusak citra sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat. Oleh karena itu, setelah blusukan, tindak lanjut yang jelas dan terukur sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik.
Akhirnya, Blusukan telah menjadi simbol gaya kepemimpinan yang responsif dan merakyat, terutama bagi pasangan calon walikota muda. Dengan memadukan energi muda, keterampilan digital, dan komitmen terhadap perubahan, pasangan wali kota muda dapat menggunakan blusukan untuk menjangkau masyarakat dari berbagai lapisan, mendengarkan aspirasi mereka, serta memperkenalkan program-program yang solutif dan inovatif. Namun, keberhasilan blusukan juga ditentukan oleh bagaimana mereka mengelola harapan masyarakat dan memastikan adanya tindakan nyata setelah mendengar keluhan dan masukan.
Dengan pendekatan yang tepat, pasangan walikota muda melalui blusukan bisa membangun kepercayaan dan dukungan masyarakat, serta membawa perubahan. Bukan hanya pada saat kampanye tetapi setelah mereka terpilih. Aamiin "Wallahualam bissawab".
Laporan | : | Parman Parid |
Editor | : | Ruslan Amrullah |