Sabtu, 13 Juli 2024 - 20:20 WIB
Diana Rahmawati.(Istimewa)
Artikel.news, Cianjur - Mahasiswi cantik asal Kampung Cibitung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Diana Rahmawati (20) menceritakan pengalamannya menjadi petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih).
Diana mengaku baru pertama kali menjadi petugas Pantarlih, untuk mengisi waktu liburnya.
Mahasiswi Universitas Terbuka (UT) ini mendapat tugas Pencocokan dan Penelitian (Coklit) di TPS 5 RW 03, Desa Sukalaksana, Cianjur, terhadap sebanyak 396 jiwa.
Selama menjadi petugas Pantarlih, ia beberapa kali mendapatkan pengalaman unik. Mulai dari dikejar anjing pemburu, mendatangi kuburan, berjalan kaki sejauh 1 kilometer hingga diajak menikah seorang kakek-kakek.
"Saya itu ditugaskan untuk Coklit dari wilayah RT 1, 2, dan 3, yang tergabung dalam TPS 5, di RW 03 dengan jumlah jiwa sebanyak 396 orang," kata Diana dikutip dari Tribun Jabar, Sabtu (13/7/2024).
Sejak pertama kali bertugas sebagai Pantarlih dirinya memilih untuk menyelesaikan Coklit di wilayah RT 03, karena dekat dari tempat tinggalnya sendiri. Meski belum selesai di RT sebelumnya, ia pun beranjak menuju RT 01 dan 02.
"Saya sampai beberapa kali bolak-balik datang ke kampung-kampung, karena ada beberapa warga yang lagi tidak ada di rumah. Lantaran warga di sini rata-rata bekerja di perkebunan jadi pulang sore, sedangkan saya baru pertama kali jadi Pantarlih jadi gak tahu," jelasnya.
Keesokan harinya, Diana berencana menjalankan tugasnya kembali dengan berjalan kaki dari kampung ke kampung.
Namun, saat menuju Kampung Cibitung RT 02, dirinya malah dicegat tiga ekor anjing sambil menatap ke arah Diana.
"Kalau yang pas dikejar anjing itu ceritanya lagi jalan kaki menuju ke Kampung Cibitung, dan melewati perkampungan warganya sering berburu menggunakan anjing. Saat lewat ada tiga ekor anjing mencegat, saya pun jalan pelan-pelan, dan tapi karena ada anak kecil melempar, makanya anjing itu jadi mengejar," jelas Diana.
Beruntung, Diana diselamatkan seorang warga yang sedang mengambil rumput. Akhirnya ia kembali berjalan kaki ke tujuan awalnya.
Karena enggan bertemu dengan anjing, Diana memilih jalan lainnya.
"Pokoknya pas waktu mau Coklit saya sudah dikejar anjing dua kali, sampai yang terakhir saya nangis gak bisa apa-apa bingung karena sendirian," ungkapnya.
Pengalaman lainnya, ia mendatangi kuburan di RT 03. Ia medatangi area pemakaman untuk memastikan waktu kematian dari seorang warga yang masuk dalam data Coklit.
"Sempat juga mendatangi kuburan karena waktu itu anaknya lupa dengan waktu kematian ibunya karena sudah lama meninggal, jadi saya disuruh ke kuburan. Mau gimana lagi saya pun mengecek satu persatu makam di TPU RT 03," kata dia.
Mahasiswi semester II ini pun pernah diajak menikah oleh seorang pria tua.
"Iya pas waktu mendatangi rumah warga, kebutulan kakek-kakek. Malah bilang sudah temanin aja di rumah (ngajak menikah). Saya langsung menolaknya, dan segera pergi," ujar Diana.
Akhirnya setelah hampir selama 6 hari Diana pun selesai menjalankan tugas Coklit, dan tinggal menunggu upah dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Cianjur.
Rencananya, sebagian dari upah tersebut akan diberikan kepada orangtuanya. Ia juga akan memanggil tukang pijit karena hampir seminggu beejalan kaki dari kampung ke kampung.
Laporan | : | Cullank |
Editor | : | Ruslan Amrullah |