Senin, 12 Juni 2023 - 19:58 WIB
Artikel.news, Makassar - Hasil penelitian terbaru menemukan bahwa pasangan menikah yang selingkuh ternyata hanya merasa sedikit menyesal dengan perbuatannya. Mereka percaya bahwa perselingkuhan tidak merusak pernikahan mereka.
Studi baru mengenai psikologi perselingkuhan ini dipublikasikan dalam jurnal Archives of Sexual Behavior.
Dilansir dari Kompas.com, Senin (12/6/2023), yang mengutip Phys, dalam studi tersebut peneliti melakukan survei ekstensif terhadap orang-orang yang menggunakan Ashley Madison, sebuah situs web untuk memfasilitasi perselingkuhan.
Di media populer, acara televisi, film, dan buku, orang yang berselingkuh memiliki rasa bersalah moral yang kuat.
"Namun, kami tidak melihat hal itu dalam sampel peserta ini," kata Dylan Selterman, penulis utama dan seorang profesor yang mempelajari hubungan dan ketertarikan di Johns Hopkins University.
Peringkat untuk kepuasan perselingkuhan tinggi dan perasaan menyesal rendah.
"Temuan ini melukiskan gambaran perselingkuhan yang lebih rumit dibandingkan dengan apa yang kami ketahui," ungkapnya.
Peneliti juga mengungkapkan hasil yang menantang anggapan umum tentang perselingkuhan, terutama mengenai motivasi dan pengalaman para pelaku selingkuh.
Untuk memahami pengalaman psikologis dari mereka yang mencari dan terlibat dalam perselingkuhan, peneliti pun lantas melakukan studi lebih lanjut.
Penyebab pasangan selingkuh Bekerja sama dengan peneliti di University of Western Ontario, Selterman menyurvei hampir 2.000 pengguna aktif Ashley Madison, sebelum dan sesudah mereka berselingkuh.
Peserta ditanya tentang keadaan pernikahan mereka, tentang mengapa mereka ingin berselingkuh, dan tentang kesejahteraan umum mereka.
Responden dalam studi ini mengungkapkan penyebab mereka ingin selingkuh dari pasangan, yakni karena tingkat cinta yang tinggi pada pasangannya.
Namun, sekitar setengah dari peserta mengatakan bahwa mereka tidak aktif secara seksual dengan pasangannya.
Ketidakpuasan seksual adalah motivasi yang paling banyak dikutip untuk berselingkuh, dengan motivasi lain termasuk keinginan untuk mandiri dan variasi seksual.
Sementara, masalah mendasar dalam hubungan, seperti kurangnya cinta atau kemarahan terhadap pasangan adalah beberapa alasan yang paling sedikit disebutkan untuk memotivasi ingin berselingkuh.
Hasil yang menarik adalah survei ini menemukan bahwa orang yang berselingkuh cenderung tidak menyesalinya.
Responden umumnya melaporkan bahwa perselingkuhan mereka sangat memuaskan baik secara seksual maupun emosional, dan mereka tidak menyesal telah melakukannya.
Temuan ini menunjukkan bahwa perselingkuhan belum tentu merupakan hasil dari masalah yang dalam di sebuah hubungan.
Menurut Selterman, para responden selingkuh karena mereka menginginkan pengalaman seksual yang baru dan menggairahkan atau kadang-kadang karena tidak merasakan komitmen yang kuat terhadap pasangan mereka.
Orang-orang memililiki beragam motivasi untuk selingkuh. Terkadang mereka akan berselingkuh meski hubungan mereka cukup baik.
"Kami tidak melihat bukti kuat di sini bahwa perselingkuhan terkait dengan kualitas hubungan yang lebih rendah atau kepuasan hidup yang lebih rendah. Mempertahankan hubungan monogami merupakan hal yang sulit. Namun, ini bukan berarti hubungan semua orang hancur," terang Selterman.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |