Senin, 24 Oktober 2022 - 22:45 WIB
Ilustrasi Aurora Borealis.(Shutterstock)
Artikel.news, Makassar - Baru-baru ini seorang wanita mengunggah sebuah video di akun Tiktok @sejsejlija mengenai tempatnya yang tidak akan mendapat cahaya matahari mulai akhir Oktober 2022 hingga Maret 2023.
Wanita bernama Cecilia ini rupanya berasal dari Svalbard, yaitu kepulauan di Samudra Arktik.
Dalam video singkat yang diunggah beberapa waktu lalu, Cecilia menuturkan, mulai 27 Oktober mendatang tempat tinggalnya itu tidak akan mendapat matahari hingga Maret 2023 mendatang.
“Apakah kamu percaya, dalam 10 hari matahari akan muncul untuk terakhir kalinya tahun ini. Dalam 10 hari, kami tidak akan melihat matahari lagi hingga Maret tahun depan. Setiap kali aku mengatakan ini, aku merasa gila,” jelas Cecilia dalam videonya itu, yang dikutip dari Suara.com, Senin (24/10/2022).
Cecilia menjelaskan, pada 27 Oktober mendatang ia tidak akan memiliki siang lagi. Ia menambahkan, di daerah tempat tinggalnya itu hanya memiliki malam yang gelap selama dua setengah bulan hingga akan muncul cahaya kutub yang dikenal dengan nama Aurora Borealis.
“Kami memiliki dua setengah bulan dengan suasana gelap total tanpa ada cahaya sedikitpun. Sekarang kita menikmati cahaya matahari sampai muncul cahaya kutub yang menerangi kehidupan kita,” sambungnya.
Biasanya, dalam fase-fase ini, beberapa orang akan sangat tertarik untuk berkunjung. Hal ini karena orang-orang ingin melihat keindahan cahaya kutub atau Aurora Borealis.
Melansir laman News18, berikut beberapa fakta mengenai Aurora Borealis.
Ilmuwan Norwegia menjadi sosok pertama yang menjelaskan fenomena ini
Penjelasan mengenai Aurora borealis pertama kali dijelaskan oleh . Ilmuwan Norwegia, Kristian Birkeland. Dalam penjelasannya, sumber cahaya aurora muncul karena terhubung dengan Matahari. Cahaya yang muncul terjadi karena partikel gas di atmosfer Bumi. Partikel tersebut lantas dilepaskan matahari dan memunculkan cahaya di langit.
Mengeluarkan suara
Rupanya Aurora Borealis dikatakan dapat mengeluarkan suara. Berdasarkan beberapa laporan, cahaya satu ini mengeluarkan suara statis atau mendesis layaknya radio. Hal ini karena badai Matahari menghantam Bumi dan melepaskan muatan listrik negatif. Hal tersebut yang menciptakan suara patah dan berdesis yang sering banyak orang dengar.
Nama Aurora Borealis diciptakan pada abad ke-17
Seperti yang diketahui, cahaya di langit ini sering dikenal dengan istilah Aurora Borealis. Rupanya, penamaan ini dibuat oleh astronom Italia, Galileo Galilei pada 1619. Penamaan ini diambil dua dewi Romawi Fajar, Aurora dan Boreas yang berarti Angin Utara.
Memiliki kembaran
Jika Aurora Borealis dikenal dengan cahaya utara. Rupanya, terdapat kembaran cahaya selatan yang dikenal dengan nama Aurora Australis. Jenis aurora satu ini biasanya terlihat di Antartika, pantai selatan Australia, Selandia Baru, Chili dan Argentina.
Mitos Nordik
Sebelum dikenal seperti saat ini, Aurora Borealis memiliki kisah dalam mitologi Nordik. Dikatakan, cahaya ini dipercaya sebagai manifestasi dari dewa-dewa. Bahkan, hal ini juga membuat beberapa orang takut dan bahaya yang ditimbulkan dari cahaya tersebut.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |