Senin, 03 Oktober 2022 - 18:12 WIB
Artikel.news, Tokyo - Sejumlah vendor smartphone menawarkan beragam metode untuk membuka kunci perangkat, mulai dari pemindai sidik jari, pengenal wajah, kata sansi dan lain sebagainya.
Namun, beberapa metode tersebut memiliki kelemahan, termasuk pengenal wajah yang bisa dimanipulasi menggunakan topeng.
Dengan demikian, masih banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keamanan ponsel.
Belum lama ini para peneliti di Universitas Kyushu dan Universitas Tokyo, Jepang, mengembangkan metode baru untuk membuka kunci smartphone.
Alih-alih menggunakan tubuh manusia seperti mata, wajah, atau sidik jari, para peneliti ini justru memakai nafas untuk membuka kunci ponsel.
Metode ini menggunakan konsep yang disebut "hidung elektronik". Konsep ini melibatkan sistem sensor penciuman untuk menganalisis bau di udara dan mengidentifikasi komponen bau tersebut.
Dalam industri makanan, konsep ini biasanya digunakan untuk mendeteksi makanan sisa dan menganalisis apakah rasanya enak.
Menurut temuan para peneliti, komposisi nafas yang diembuskan manusia ternyata sangat kompleks. Bahkan ketika orang makan, komponen nafasnya akan berubah. Kendati begitu, berdasarkan penelitian, nafas setiap orang memiliki ciri khas yang unik.
Oleh karena itu, para peneliti menilai bahwa nafas yang diembuskan manusia bisa dimanfaatkan untuk mengidentifikasi beberapa penyakit termasuk diabetes, atau otentikasi biometrik.
"Bau manusia muncul sebagai kategori baru otentikasi biometrik, yang pada dasarnya menggunakan komposisi kimia unik Anda untuk mengonfirmasi siapa Anda," kata Chaiyanut Jirayupat, penulis utama studi, dilansir dari Kompas.com, Senin (3/10/2022), yang mengutip Scienceblog.
Peneliti menemukan ada setidaknya 28 senyawa dalam setiap embusan nafas. Adapun sensor bau yang digunakan pada penelitian ini, memiliki 16 saluran dan setiap salurannya digunakan untuk mengidentifikasi beberapa bau.
Data dari sensor itu kemudian diteruskan ke machine learning untuk dianalisis komposisi kimia dari nafas setiap orang. Sehingga dapat menyusun profil yang akan dipakai untuk membedakan setiap individu.
Tingkat akurasi pengenal nafas ini diklaim mencapai 97,8 persen. Angka ini cukup mendekati tingkat akurasi sistem pemindai sidik jari maupun pengenal wajah.
Dihimpun KompasTekno dari Gizchina, pengenal wajah memiliki tingkat akurasi sampai 99,97 persen, sementara pemindai sidik jari tingkat akurasinya 98,6 persen.
Meski tingkat akurasinya di atas 90 persen, skala penelitian ini masih terbilang kecil, dengan total sampel dari 20 orang. Dengan demikian, studi ini masih perlu dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut sebelum diterapkan ke smartphone.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |