Jumat, 01 Juli 2022 - 15:06 WIB
Artikel.news, Makassar - Dalam rangkaian HUT Kalla Institute yang ke 3, Program Studi Manajemen Retail menggelar Webinar berskala nasional gratis yang dibuka secara umum. Webinar yang dilaksanakan secara daring pada Kamis (30/6/2022) itu menghadirkan berbagai praktisi bisnis.
Dalam Menjawab 3 isu penting dalam keberlanjutan bisnis, Kalla Institute menghadirkan pemateri dengan 3 pespektif yang berbeda.
COO Octopus Indonesia Musawwir Muchtar, Head Of Research Setali Indonesia Indita Karina, Dan Owner Artani Indonesia Ria Lestari menjadi pembicara dalam webinar itu.
Peserta yang hadirpun beragam, mulai dari mahasiswa, dosen, karyawan, hingga praktisi bisnis dengan mencapai 90 total peserta yang berpartisipasi.
Secara umum, topik Sustainability (keberlanjutan) menjadi topik yang sedang hangat diperbincangkan baik dalam dunia bisnis ataupun akademisi. Dengan berbagai fenomena kerusakan alam yang terjadi dan beberapa contoh unit bisnis yang tidak berlaku adil terhadap karyawan ataupun masyarakat umum, akhirnya menjadi pertanyaan, bagaimana unit bisnis bisa memaksimalisasi profit tapi disaat yang sama tetap merawat lingkungan dan berlaku adil kepada manusia.
Hal itupun yang mendasari Program Studi Manajemen Retail Kalla Institute mengadakan Webinar Nasional.
Ketua panitia yang juga sekaligus dosen Manajemen Retail Rahmat Syarif mengatakan bahwa orang harusnya sadar kalau permasalahan sosial dan lingkungan bisa diselesaikan dengan ide bisnis yang menggunakan pendekatan Triple Bottom Line.
“Program Studi Manajemen Retail menyelenggarakan webinar yang mengangkat tema Triple Bottom Line dimana kinerja perusahaan tidak hanya diukur dari keberhasilan mendapatkan Profit, tapi juga keberhasilan dalam memelihara Planet dan berlaku etis terhadap People,” jelasnya, Jumat (1/7/2022).
Dalam materi yang dibawakannya selama satu jam lebih, COO Octopus Indonesia Musawwir Muchtar menjelaskan bahwa tidak hanya konsumen yang harus responsible terhadap kegiatan konsumsi mereka misal dengan cara tidak membuang sampah dari produk yang digunakan secara sembarangan.
“Tapi pelaku bisnisnya sendiri yang juga mesti bertanggung jawab terhadap bisnisnya agar tidak semakin merusak lingkungan sehingga salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) bisa tercapai yaitu menjadi produsen dan konsumen yang bertanggung jawab,” katanya.
Melalui webinar itu tentunya panitia penyelenggara berharap orang bisa memahami bahwa dalam menjalankan bisnis, pelaku bisnis juga harus memikirkan dampak lingkungan dan dampak sosial dari bisnisnya. Dalam tingkat yang lebih tinggi, diharapkan orang bisa terinspirasi bahwa permasalahan lingkungan dan sosial justru bisa diselesaikan dengan menggunakan pendekatan bisnis.
Dalam kegiatan itu juga memberikan hadiah menarik kepada para peserta yang ikut. Hal itu dilakukan untuk memberikan apresiasi kepada peserta yang mengikuti kegiatan dari awal hingga usai.
Salah satu peserta yang berhasil mendapatkan voucher belanja dari Kalla Institute mengatakan, kegiatan ini memberinya gambaran bahwa menjadi pemilik atau pelaku bisnis memiliki tanggungjawab yang banyak. Bukan hanya kepada perusahaan tapi juga terhadap lingkungan dan manusia secara umum
Kegiatan itu mendapatkan antusiasme yang tinggi dari peserta, dimana sangat banyak peserta yang bertanya tentang bagaimana mengelola bisnis yang "bermain" di permasalahan sosial dan lingkungan. Serta, para narasumber sangat mampu menjelaskan bagaimana seharusnya pelaku bisnis juga harusnya bisa mengedukasi masyarakat tentang isu yang coba dijawab oleh pelaku bisnis seperti isu sampah, sustainable fashion, dan zero-waste product.
Laporan | : | Aan |
Editor | : | Ruslan Amrullah |