Selasa, 04 Januari 2022 - 17:04 WIB
Artikel.news, Jakarta - Teknologi pangan semakin berkembang dan memungkinkan manusia menciptakan daging sintetis.
Daging sintetis merupakan daging buatan manusia. Dilansir dari laman Pusat Kajian Sains Halal Institut Pertanian Bogor, daging ini dihasilkan melalui metode kultur jaringan dengan teknik in vitro.
Daging sintetis tentu berbeda dengan daging konvensional. Jika daging konvensional atau daging yang dikonsumsi pada umumnya terdiri dari serabut otot, daging sintetis merupakan hasil pertumbuhan serabut otot dalam kultur sel yang diambil dari sel induk (stem cell) atau sel punca.
Dikutip dari Tempo.co, Selasa (4/1/2022), daging sintetis dianggap sebagai alternatif pangan yang lebih sehat dan ramah lingkungan daripada daging konvensional. Proses produksi daging konvensional dilakukan dengan proses pemotongan binatang yang memiliki pengaruh negatif pada lingkungan karena menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Selain itu, timbulnya beberapa penyakit pada manusia, termasuk darah tinggi, jantung koroner, kolestrol, dan stroke diakibatkan karena konsumsi daging merah. Konsumsi daging sintetis dianggap lebih sehat karena kandungan nutrien dan komponen lemak pada daging bisa diatur dan dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Dilansir dari laman Forbes, inovasi daging sintetis berkembang di seluruh dunia. Pasarnya diperkirakan bernilai 15,5 juta dolar AS pada 2021 dan 20 juta dolar AS pada 2027. Suatu laporan bahkan memperkirakan 35 persen daging pada 2040 adalah daging sintetis.
Laporan | : | Wahyu |
Editor | : | Ruslan Amrullah |