Kamis, 30 Desember 2021 - 22:31 WIB
Ilustrasi aktivitas di tempat perbelanjaan
Artikel.news, Jakarta - Tahun 2022 inflasi diperkirakan mengalami meningkatan. Hal ini didorong oleh harga yang diatur pemerintah (administered price).
Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, inflasi pada tahun depan bergerak di kisaran 3 persen hingga 3,5 persen, atau meningkat dari perkiraan inflasi di tahun 2021 yang di bawah 2 persen.
“Secara keseluruhan, ini didorong oleh inflasi administered price khususnya penghapusan Premium yang disertai dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi,” kata Josua, dikutip dari Kontan.co.id, Kamis (30/12/2021).
Menurut Josua, peningkatan harga BBM non subsidi dan penghapusan Premium ini akan memiliki dampak lanjutan (second round effect) inflasi pada komponen transportasi.
Apalagi, mengingat konsumsi BBM saat ini didominasi oleh konsumsi Pertalite sebanyak 50 persen dari total konsumsi serta Premium dengan pangsa sekitar 30 persen dari total konsumsi.
Kenaikan inflasi selanjutnya akan memengaruhi tingkat konsumsi masyarakat, terutama konsumen pada segmen 40 persen terbawah dan bahkan masyarakat berpenghasilan menengah bila tidak diikuti dengan kenaikan tingkat pendapatan yang signifikan.
Dengan kondisi tersebut, Josua memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di tahun depan berada di kisaran 4,5 persen hingga 5 persen dan pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 4,8 persen hingga 5,2 persen.
Meski ada risiko di komponen konsumsi rumah tangga, Josua melihat pertumbuhan ekonomi masih mendapatkan suntikan positif dari potensi investasi swasta di tahun dengan dan ekspor yang masih didorong oleh peningkatan harga komoditas.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |