Selasa, 28 Desember 2021 - 23:28 WIB
Artikel.news, Jakarta - Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang membidangi pendidikan mendukung opsi penerapan kurikulum prototipe yang ditawarkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Kurikulum ini sebagai pilihan bagi sekolah dalam mengatasi kehilangan pembelajaran (learning loss) dan mengakselerasi transformasi pendidikan nasional.
Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda menyampaikan bahwa adaptasi dan inovasi diperlukan agar dapat bertahan di tengah perkembangan zaman, di mana salah satunya menyangkut opsi model kurikulum yang berlaku di Indonesia.
“Sikap terbaik kita adalah beradaptasi dan melakukan terobosan inovasi di dunia pendidikan kita karena disrupsi di bidang pendidikan akan berdampak langsung kepada peserta didik kita di semua jenjang. Salah satu opsi dari adaptasi adalah melakukan pembaruan kurikulum kita,” ujar Syaiful Huda dikutip dari Tempo.co, Selasa (28/12/2021).
Ia mengatakan, hasil diskusi Komisi Pendidikan dengan pakar penyusun kurikulum menyimpulkan bahwa paradigma konservatif dalam kurikulum 2013 saat ini tak lagi relevan dengan perkembangan zaman.
"Dinamika di internal dan eksternal di dunia pendidikan melampaui apa yang kita prediksi, termasuk yang dipikirkan oleh pakar perumus kurikulum 2013.
Sehingga mau tidak mau kita harus gunakan pembaruan-pembaruan. Ini adalah bagian dari risiko langkah terobosan yang harus cepat-cepat kita ambil, jika tidak kita akan tertinggal,” lanjut Syaiful Huda.
Kurikulum 2013 menurutnya adalah kurikulum yang padat konten dan bermuatan sangat banyak, sehingga tidak bisa memberikan kesempatan kepada peserta didik mendalami sesuatu dari kecenderungan bakat mereka.
Dengan kurikulum prototipe, dimungkinkan ruang improvisasi guru diperlebar sehingga guru dapat mengakselerasi dan mencari model terbaik dalam pembelajaran.
“Kurikulum prototipe ingin mengurangi konten. Hal ini supaya anak-anak lebih memahami tentang suatu hal lebih detail,” tuturnya.
Sebagai mitra strategis, Komisi X DPR RI mendukung terobosan-terobosan yang dilakukan Kemendikbudristek, khususnya dalam penanganan dampak pandemi.
“Semoga dengan opsi kurikulum prototipe, saya yakin akan ada transformasi pendidikan yang lebih cepat terlebih di masa pasca pandemi ini,” ujar Huda.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek Zulfikri mengungkapkan bahwa pandemi membuka peluang menghadirkan inovasi dalam pembelajaran.
Kemendikbudristek telah melakukan beberapa terobosan antara lain dengan menyederhanakan Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Darurat dalam rangka pemulihan pembelajaran sebagai bagian dari mitigasi learning loss di masa pandemi.
Selain itu, Kemendikbudristek juga telah melakukan monitoring dan evaluasi penerapan Kurikulum Darurat dapat mengurangi dampak learning loss akibat pandemi secara signifikan.
Studi Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menunjukkan bahwa siswa pengguna Kurikulum Darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya.
Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi learning loss numerasi dan literasi, penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73 persen (literasi) dan 86 persen (numerasi).
Tahun depan, Kemendikbudristek akan menawarkan opsi kebijakan kurikulum prototipe untuk pemulihan pembelajaran. "Dalam dua tahun ke depan, kurikulum yang disederhanakan akan terus dievaluasi sambil memperkenalkan kepada seluruh masyarakat," tutur Zulfikri.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |