Ahad, 17 Januari 2021 - 19:42 WIB
Oleh: Usman Suhuriah, Wakil Ketua DPRD Sulbar/Fraksi Golkar
Ini bagai jembatan menghubungkan kelompok masyarakat dari berbagai wilayah dengan cepat tanggap tersambung dalam bentuk solidaritas terhadap yang terdampak bencana. Mungkin sebagai bukti bahwa jiwa anak-anak negeri ini selalu bangkit berempati ketika berbagai musibah bencana alam datang menimpa.
Kali ini melalui tajuk Pray for Sulbar terlihat bagaimana solidaritas dan empati itu. Selaksa datang menggenangi provinsi dengan julukan mala’bi ini. Tidak dari Sulteng, Sulsel, Sultra, Kaltim, Jakarta.
Malah atas empati itu juga datang dari seorang impluenzer media sosial asal Jakarta dengan cepat menggalang dana kemanusiaan untuk Sulbar. Dalam tempo satu jam sejak dia munculkan hanstagnya telah mengumpulkan dana ratusan juta dan dalam tempo enam jam sudah mencapai 600 juta atau 1 hari setelahnya sudah mengumpulkan dana 1,7 M pada saatnya. Influencer yang mulai hati ini bernama Rachel Vennya.
Sulbar yang digenangi empati ini tentu memiliki akar yang dalam sehingga tidak sekedar datang untuk empati. Kata hati anak negeri terpatri oleh rasa kemanusiaan yang menghubungkan kemanusiaan antar wilayah.
Sebut pula tulisan dari dinding facebook seorang warga Sulteng di hari yang sama. Ditulisnya warga Palu ketika bencana gempa dan tsunami warga Palu mengungsi ke wilayah Sulbar. Warga Sulbar berjejer di sepanjang jalan memberi empati dan bantuan ke pengungsi. Kali ini saudara kita di Sulbar ditimpa bencana maka saatnya warga Palu membalas kebaikan warga Sulbar. Ini emphati ?
Sebagai bentuk solidaritas lebih biasanya dilatari penggunaan perasaan atau dalam hal empati tengah memakai perasaan dirinya, yakni andai mengalami bencana serupa ?
Solidaritas yang menggenangi Sulawesi Barat ini adalah pernyataan kemanusiaan bahwa korban gempa di Sulbar tidak sedang sendiri. Sulbar masih memiliki keluarga besarnya sehingga apapun dan bagaimanapun akan selalu hadir. Hadir memberi semangat, hadir untuk mengatensi mengenai jiwa persaudaraan belum lenyap apalagi disebut mati.
Menghayati empati ini adalah tidak terlepas dari betapa menggunungnya cinta sesama. Hadir tidak diminta, hadir tanpa berharap apa-apa namun hadir untuk menggaungkan hubungan sesama dikala yang lain dapat melakukan sementara yang lain tengah menghadapi kesulitan.
Menghayati empati ini adalah akan menjadi monumen sekaligus sebagai hasanah tentang warga Sulbar adakalanya juga tidak berdiam diri. Ketika musibah menimpa sesama, seperti bencana gempa tsunami Palu, Banjir Bandang Masamba atau empati masyarakat Sulbar di tempat lain.
Memaknai empati ini adalah memang laksana jembatan yang telah menghubungkan rasa kebersamaan. Yang menyatakan tindakan simpati dari mereka adalah penyulut bagi kebangkitan untuk berbenah kembali. Bangkitlah dengan empati ini !
#pray_for_sulbar
#ayo_bangun_sulbar
Laporan | : | Usman Suhuriah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |