Rabu, 20 Oktober 2021 - 13:05 WIB
Artikel.news, Jakarta - Fenomena hujan es atau hail sudah sering terjadi di Indonesia. Terbaru, hujan es disertai angin kencang menerjang beberapa desa di Madiun pada Ahad sore (17/10/2021).
Umumnya hujan es terjadi di daerah yang beriklim sedang. Melansir laman Teknik Lingkungan Adhi Tama Institute of Technologi (ITATS), beberapa faktor yang menyebabkan hujan es antara lain tersedianya energi potensial di udara, kelembaban udara yang cukup tinggi dan udara lembab tersebut berada di bawah udara kering.
Meski Indonesia beriklim tropis, hujan es juga berpotensi terjadi. Hal ini lantaran Indonesia memiliki kelembaban yang cukup tinggi.
Hujan es terjadi akibat munculnya tumpukan awan cumulonimbus. Kemunculan awan tersebut merupakan bagian dari siklus hidrologi.
Energi panas yang dipancarkan matahari dapat membuat air laut mengalami penguapan. Uap air itu kemudian naik ke atmosfer dan membentuk awan pada ketinggian tertentu dimana suhu udara di atas semakin dingin.
Awan cumulonimbus terbentuk dari awan-awan kecil yang berkumpul dan berubah menjadi tumpukan awan yang tebal karena hembusan angin. Tumpukan awan tersebut berisi air, es dan muatan listrik berupa petir.
Karena ketebalannya, awan cumulonimbus akan mencapai lapisan atmosfer yang lebih atas. Pada konsisi tertentu, cumulonimbus akan menjadi jenuh.
Berkat tekanan dan suhu yang semakin dingin, butiran es kumulonimbus tidak mencair secara sempurna dan bisa jatuh ke permukaan bumi. Saat itulah hujan es terjadi.
Dikutip dari Tempo.co, Rabu (20/10/2021), melansir dari laman Britannica, ukuran es yang jatuh saat hujan berkisar antara 5 milimeter hingga lebih dari 15 centimeter. Ukuran es yang semakin besar dapat merusak bangunan dan makanan atau bahkan mendatangkan bahaya bagi hewan yang terpapar.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |