Selasa, 19 Oktober 2021 - 19:13 WIB
Petani di Sukabumi, Jawa Barat, Budi Pratama, yang membuat aplikasi khusus untuk memantau tanaman.
Artikel.news, Sukabumi - Petani masa kini juga tidak boleh ketinggalan teknologi. Sudah ada aplikasi untuk membantu memantau tanaman.
Seperti petani di Sukabumi, Jawa Barat, Budi Pratama, yang membuat aplikasi khusus untuk memantau tanaman.
Anggota Koperasi Data Pangan Nusantara (Kudapan) ini cukup menekan tombol warna merah panjang di ponsel pintarnya, kurang dari satu detik ponsel yang terhubung dengan sensor langsung memicu jaringan pipa air lalu otomatis menyiram tanaman.
Tidak sekedar alat untuk menyiram tanaman, aplikasi virtual buatan Budi yang kemudian diperkenalkan oleh Koperasi Kudapan di Sukabumi itu juga bisa memantau PH tanah, mulai dari kelembaban hingga suhu udara.
Meskipun masih tahap pengembangan, Budi meyakini suatu saat nanti aplikasi ini bisa digunakan petani secara luas.
"Kita masih sebut alat ini virtual monitor, kalau nama jelasnya kami sebut CMT-100 yang di dalamnya ada otak yang mengatur sensor-sensor itu. Terhubung ke aplikasi yang kemudian kita fungsikan untuk sensor," jelas Budi dikutip dari Detik Inet, Selasa (19/10/2021).
Menurut Budi aplikasi ini bisa difungsikan untuk mengecek suhu tanah, kelembaban tanah, udara, suhu udara, bahkan PH tanah, sampai penyiraman secara otomatis.
Budi menyebut dengan alat-alat buatannya itu nantinya bisa memangkas biaya ongkos kerja petani kurang lebih Rp5 juta.
"Kelebihannya setelah kita pasang itu bisa memangkas biaya ongkos kerja petani itu sekitar kurang lebih Rp5 juta per hektar itu bisa dipangkas dengan adanya alat ini bisa terpangkas," ujar Budi.
Aplikasi itu dikatakan Budi berawal dari keluhan petani yang menjadi anggota Koperasi Kudapan. Akhirnya tercetus ide untuk membuat aplikasi tersebut. Masa pembuatannya sendiri disebut Budi selama satu tahun.
Mereka pun punya lahan untuk prototipe Maribaya, Lembang, Bandung dan juga di Cipanas, Cianjur.
"Jadi sudah ada dan dipraktikkan dan alhamdulillah dari hasil yang kita terima hasil panen yang kita terima setelah memakai alat ini itu hasil panennya luar biasa, berkembang bahkan," jelas Budi.
Melalui Koperasi Kudapan, Budi mengaku belum berniat untuk melepas atau menjual aplikasi tersebut. Pihaknya lebih memilih untuk menjalin kerja sama dengan petani untuk mengaplikasikan teknologi buatannya.
"Sebetulnya kita mengembangkan sendiri dari teman-teman Kudapan, dari teman-teman koperasi. Sebetulnya ini bukan dijual tapi lebihnya kita menjalin kerjasama dengan petani. Jadi petani punya lahan kita punya sistem (teknologi). Kita kerja sama dengan petani tersebut jadi nanti bagi hasil," beber Budi.
Sementara itu, Budiman Sudjatmiko Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Bukit Algoritma, melihat langsung bagaimana teknologi itu dipraktikkan. Budiman mengatakan aplikasi tersebut adalah bagian dari buah pikir Bukit Algoritma ke depan dalam pengembangan teknologi tanah air.
Menurut Budiman, itu sebuah aplikasi 'Smart Farming' yang dibuat Koperasi Kudapan untuk mengontrol aktivitas pertanian. Data mulai dari pengairan, pengukuran suhu tanah, unsur hura tanah, bagaimana melakukan monitoring tumbuhnya tanaman tidak ada penyakit bisa langsung dikirimkan ke handphone petani.
"Jadi kita tahu ini ada penyakit apa, kekurangan pupuk apa, kurang air berapa. Apakah suhunya terlalu panas, bagaimana unsur tanahnya apakah rusak oleh pupuk. Itulah informasi data diketahui oleh pemegang aplikasi ini, itulah yang di bangun oleh teman-teman Kudapan ini," sambung Budiman.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |